Mohon tunggu...
Geraldi Pramudya Dharmatama
Geraldi Pramudya Dharmatama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya merupakan mahasiswa aktif pada program studi Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Michel Foucault tentang Kekuasaan, Arkeologi Pengetahuan, dan Bio-Power

25 November 2022   00:07 Diperbarui: 25 November 2022   00:16 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Michel Foucault atau yang lebih akrab atau lebih dikenal dengan Foucault lahir pada 15 Oktober 1926, di Poitiers. Perjalanan intelektualnya, ia belajar filsafat di Lycee Henry-IV, Paris. Selain itu, ia juga mendapatkan diploma Psiko-Patologi di Institut Psikologi di Paris. 

Sedikit tentang Foucault, ia merupakan pemikir yang memiliki kemampuan dalam menafirkan pengetahuan, seksualitas, dan kekuasaan. Cara berpikir Foucault dipengaruhi oleh beberapa tokoh misalnya seperti Immanuel Kant, dan juga Karl Marx.

Kekuasaan menurut Foucault itu menyebar tanpa dapat dilokalisasi, dengan artian kekuasaan ini berada dimana saja dan datang darimana saja. Pada dasarnya pemikiran Foucault menjelaskan bahwa kekuasaan melekat pada relasi sosial, misalnya seperti orang tua dan anak ataupun pemerintah dengan rakyat. Ia menyatakan jika sifat kekuasaan ini tidak represif tetapi produktif. 

Ada interaksi yang terjadi antara kekuasaan dengan pengetahuan, dimana kekuasaan diartikulasikan ke dalam pengetahuan dan sebaliknya pengetahuan diartikulasikan dalam kekuasaan. Kekuasaan dan pengetahuan terkonsentrasi dalam kebenaran pernyataan-pernyataan ilmiah yang kebenaran itu sendiri dihasilkan dari banyak relasi, paksaan, dan pertentangan.

Foucault mengemukakan tentang pendekatan dalam menganalisis sejarah yaitu arkeologi pengetahuan yang dimana arkeologi pengetahuan ini mengonsentrasikan pada aspek diskontinuitas peristiwa sejarah yang dikaji. Foucault menjelaskan arkeologi pengetahuan melewati tiga tahapan yaitu Positivitas, Apriori Historis, dan Arsip. 

Positivitas didefinisikan sebagai tahapan analisis yang digunakan untuk melihat adanya sinkronisasi antara tokoh suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Apriori Historis didefinisikan sebagai tahapan analisis fase sejarah atas lahirnya suatu pemikiran. Sedangkan Arsip didefinisikan sebagai sistem pembentukan dan transformasi pernyataan-pernyataan.

Perbedaan antara arkeologi pengetahuan dengan sejarah pemikiran :
1. Sejarah pemikiran lebih mengarah pada penemuan pemikiran baru, termasuk pemikiran terdahulu terhadap pemikiran sesudahnya.
2. Sejarah pemikiran lebih berorientasi pada substansi dibanding tingkat permukaannya. Sedangkan arkeologi pengetahuan menjelaskan seluruh kontradiksi yang ada dalam diskursus pemikiran.
3. Sejarah pemikiran menganggap dua hal sebagai variabel sebab-akibat, sedangkan arkeologi pengetahuan mengkomparasikan, bukan memberikan pengaruh antara satu dengan lainnya.
4. Ketika esensi dua pemikiran dianggap sama, dalam Sejarah Pemikiran hal itu dapat dijustifikasi sama. Dengan demikian, perbedaan-perbedaan yang sebetulnya masih terdapat didalamnya seringkali ditutup-tutupi. Hal ini berbeda dengan Arkeologi Pengetahuan yang menampilkan perbedaan-perbedaan secara utuh.

Selain membahas mengenai arkeologi pengetahuan, Foucaut juga menjelaskan mengenai Bio-Power. Hal ini diartikan sebagai sebuah teknologi kekuasaan pada tubuh. Bio-power ini digunakan untuk mengontrol penduduk, di mana hal ini dilakukan untuk mendukung perkembangan kapitalisme dan juga sistem peradilan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun