Mohon tunggu...
Aroksenengkeripeknangka-thok Rek
Aroksenengkeripeknangka-thok Rek Mohon Tunggu... wiraswasta -

Lakukan saja, tulis!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menolak Tontonan Asing dengan Memberdayakan Warga Sendiri

15 September 2013   14:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:51 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pukul 21.00 adalah bukan waktu yang malam bagi pemuda ketika sedang nongkrong di perempatan. Budaya cangkruk-an dan bergurau di perempatan adalah pekerjaan sehari-hari.

Ketika itu, menjelang bulan agustus. Di forum jamaah tahlil telah di putuskan, bahwa kampungku, kampung pemuda perempatan. Bulan agustus berencana mengadakan acara pentas dengan tontonan jaran kepang. Mendatangkan kesenian jaran kepang "Langen Budaya". Cukup mahal biaya mendatangkan kesenian jaran kepang, di tambah lagi kru mereka yang tidak bisa di bilang sedikit. Sekitar 50 orang bersama panjak(penabuh gamelan). Untuk ukuran sekampung cukup untuk menguras uang kas se-RT. Dan itu sudah menjadi keputusan dewan, yang disini di perankan oleh forum jamaah tahlil.

Para pemuda tanggung. Penghuni tongkrongan perempatan. Kami. Seakan merasa tertantang untuk ikut mengisi acara. Para pemuda kampung segera mengadakan rapat di rumah pak Saleh. Hingga malam itu memutuskan bahwa kawula muda mengangkat saya secara aklamasi menjadi ketua, dari komunitas para pemuda nongkrong.

Saya merasakan memimpin pertemuan para pemuda yang tak berpenghasilan memang susah. Sedangkan kini ada acara di depan mata. Untuk mengisi acara pentas tujuh belas. Usulan permintaan dana untuk pemuda di tolak oleh pak rw, karena kas kampung sudah di plot untuk mendatangkan jaran kepang dari luar kecamatan.

Saya sebagai pemuda di kampung pula merasa terlecut dengan penolakan permintaan penyisihan sedikit anggaran untuk komunitas pemuda yang di tolak. Kan ini untuk pemuda dan anak-anak. Yang di situ masih ada anak, saudara, tetangga dan juga cucu mereka. Kok lebih mengutamakan tontonan dari luar daerah.

Namun kami tidak putus asa dan segera mencari inisiatif bagaimana solusi untuk dapat mengisi acara. Bagaimanapun caranya agar kami dapat berkreasi dan agar tidak selalu di anggap sebagai pupuk bawang. Menjadi beban para senior.

Saya sebagai ketua komunitas segera membuat rencana. Para pemuda ini akan mengisi acara dalam bentuk apa. Sampai akhirnya kami membuat konsep tari di selingi oleh cerita. Tentu dengan pertimbangan bagaimana cara komunitas pemuda yang berdiri secara instan ini agar dapat di perhitungkan oleh masyarakat sendiri. Walau jika tidak bisa mengalahkan kesenian dari luar kecamatan yang sudah berdiri mapan. Setidaknya, kami bertujuan bisa memenangkan hati masyarakat kami sendiri.Sudah sedemikian kerdil kami di mata senior.

Dalam berbagai pertemuan kesekian kali, di sepakati tontonan berkonsep opret Jawa.(Kejadian ini berlangsung tahun 2005, sebelum stasiun TV trans7 menayangkan acara OVJ). Program acara kami berisi nyanyian, tari dan juga ada cerita di dalam.

Setelah konsep acara yang akan di pentaskan sudah tergenggam, kami membutuhkan dana. Meminta bantuan pada masyarakat sudah tak mungkin. Mereka telah patungan di jamaah tahlil. Tak mungkin lagi meminta sumbangan dari rumah ke rumah. Meminta bantuan kas yang telah terkumpul juga tidak mungkin karena sudah di vonis pak rw anggaran itu sudah tak bisa di ganggu. Untuk pos anggaran mendatangkan kesenian jaran kepang dan persiapan konsumsi pesta para undangan.

Di sini kreativitas kami betul-betul di uji. Selain mempersiapkan untuk mengisi acara pada sisi lain di haruskan untuk mencari dana sendiri. Selain biaya operasional komunitas. Kebutuhan peralatan, kostum, make up dan hal materi latihan masih belum di miliki. Tentu perhelatan ini membutuhkan alat-alat. Untuk latihan di butuhkan alat musik, untuk nyanyi dan tari. Untuk cerita, masih perlu pengisian suara yang tak mungkin jika pakai alat pinjaman. Masih membutuhkan anggaran banyak untuk itu.

Kesepakatan mencari dana. Caranya dengan mengadakan iuran. Bagi yang tidak mau mengadakan iuran supaya mengikuti kelompok musik. Untuk show ngamen keliling. Kelompok ini dengan gigih mengumpulkan dana dari rumah ke rumah. Kelompok yang pada siang hari berkeliling sampai luar daerah. Dan malam hari latihan bersama anggota komunitas lain, ikut melatih ketrampilan tari, drama dan nyanyi. Sungguh perjuangan tanpa pamrih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun