Mohon tunggu...
Gemma Deo Pangestu
Gemma Deo Pangestu Mohon Tunggu... Guru - Guru

Man Jadda Wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1

5 November 2022   15:00 Diperbarui: 6 November 2022   17:01 8664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jurnal Refleksi dwi mingguan merupakan salah satu tugas yang harus dibuat oleh calon guru penggerak pada pendidikan guru penggerak. Jurnal refleksi dwimingguan adalah sebuah tulisan tentang refleksi diri setelah mengikuti sebuah kegiatan pelatihan (upgrading skill) yang ditulis secara rutin setiap dua mingguan yang wajib yang harus dilakukan oleh para CGP (Calon Guru Penggerak). 

Pada bagian ini, sebagai calon guru penggerak saya akan merefleksikan seluruh rangkaian kegiatan selama mempelajari modul 1.1. yaitu tentang Filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan, dengan model refleksi 4F (Fact, Feeling, Findings, Future) yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway.

  • Fact (Peristiwa)

Program Guru Penggerak angkatan 7 dibuka perdana oleh Menteri Kemdikbudristek, Nadiem Anwar Makarim B.A. M.B.A dan Dirjen GTK, Prof. DR. Nunuk Suryani, M.Pd pada hari Kamis, 20 Oktober 2022 melalui video conference dan disiarkan secara langsung melalui Youtube Ditjen GTK Kemdikbud RI. Pada tanggal 21 Oktober 2022 seluruh Calon Guru Penggerak (CGP) diwajibkan mengerjakan pretest di LMS akun guru penggerak. Pada tanggal 25 Oktober 2022 diadakan Lokakarya Orientasi secara luring di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kapuas Hulu, dari pukul 08.00 s.d. 15.15 WIB. 

Dalam kegiatan Lokakarya Orientasi diundang juga Pengawas dan Kepala Sekolah CGP. Tujuan Lokakarya Orientasi ini adalah a) agar CGP mengenal ekosistem belajar di program guru penggerak; b) CGP memahami program Pendidikan Guru Penggerak (alur, peran tim pendukung, kompetensi lulusan); c) CGP mengidentifikasi posisi diri pada Kompetensi Guru Penggerak; d) CGP dapat membuat rencana pengembangan kompetensi diri Guru Penggerak, berikut dukungan yang diperlukan, dan tantangan yang mungkin terjadi; dan e) CGP memahami pentingnya membuat portofolio, tahapan dan contoh portofolio sebagai bagian dari pengembangan kompetensi. 

Dalam kegiatan Lokakarya Orientasi ini ada beberapa hal yang dibelajarkan, yaitu kesepakatan kelas, harapan dan kekhawatiran, pengantar program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) dan perjalanan CGP, posisi diri, rencana pengembangan kompetensi diri, pengenalan portofolio digital, serta refleksi peserta CGP. 

Pada kegiatan Lokakarya Orientasi ini CGP diberikan tugas untuk mengerjakan Lembar Kerja (LK), yaitu LK 1 tentang Kesepakatan Peran CGP dan Kepala Sekolah, LK 2 tentang  Pengecekan Mandiri Kompetensi GP, LK 3 tentang Evaluasi Diri Guru Penggerak, LK 4 tentang Rencana Pengembangan Kompetensi DIri dan LK 5 tentang Evaluasi Lokakarya Orientasi. 

Dengan bimbingan Bapak Muhamad Adi Mulyana, S.Pd selaku Pengajar Praktik, saya merasa kegiatan Lokakarya Orientasi ini menjadi sangat menyenangkan. Beliau juga memberikan motivasi dan semangat kepada CGP agar tidak putus asa jika mengalami kendala.

Selama dua minggu, mulai 24 Oktober sampai 1 November 2022 saya belajar melalui LMS tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara bersama fasilitator Ibu Harsiana Wardani, M.Pd. Kegiatan yang dilakukan dalam LMS, diantaranya eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi (kesimpulan dan refleksi), dan aksi nyata. Pada tanggal 2 November 2022, diadakan kegiatan Elaborasi Pemahaman bersama Instruktur Bapak Muhamad Jaenudin, M.Pd melalui Google Meet tentang pemahaman mendalam konsep Filosofis Ki Hajar Dewantara dan relevansinya dengan pendidikan abad 21.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri
  • Feeling (Perasaan)

Selama dua minggu mengikuti pendidikan guru penggerak ini berbagai macam perasaan yang saya rasakan, antara senang, bangga, dan juga khawatir tidak dapat melaksanakan pendidikan ini dengan baik dan maksimal, bahkan insecure atau merasa minder karena melihat teman-teman calon guru penggerak yang hebat. Semua terasa bercampur aduk dengan keinginan dan tekad yang kuat untuk dapat menyelesaikan Program Guru Penggerak ini. 

Banyak ilmu pengetahuan yang saya dapatkan selama menjalani kegiatan ini, misalnya bagaimana menjadi guru yang selayaknya, bagaimana berhamba pada anak, upaya apa yang harus dilakukan, dan lainnya. Keseluruhan rangkaian yang ada di dalam LMS membuat saya merasakan bahwa apa yang saya miliki tentang pendidikan sangat jauh dari pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara.

Apalagi ketika saya mulai menerapkan filosofis Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran di kelas. Saya merasa kasih sayang saya terhadap siswa semakin bertambah. Saya tidak lagi memandang siswa yang sering bercanda dan bermain-main di kelas sebagai anak yang nakal, karena saya menyadari bahwa kodrat anak adalah bermain. Oleh karena nya, ide yang muncul dari pembelajaran ini adalah menerapkan pembelajaran dengan media TikTok agar suasana pembelajaran menjadi asyik dan menyenangkan.

  • Findings (Pembelajaran)

Dari pembelajaran Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hajar Dewantara ini saya mendapat ilmu untuk meningkatkan kompetensi sebagai seorang pendidik. Sebagai seorang pendidik saya harus menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat dengan mengacu pada trilogi pendidikan yaitu Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, dan Tut wuri handayani.

Dari pembelajaran ini, saya baru mengetahui bahwa pengajaran dan pendidikan harus selaras dengan penghidupan dan kehidupan bangsa agar semangat cinta tanah air dapat terus terpelihara. Ki Hajar Dewantara menekankan agar pendidikan selalu memperhatikan; a) Kodrat Alam, b) Kemerdekaan, c) Kemanusiaan, d) Kebudayaan, dan e) Kebangsaan.

Semua ini tujuannya yaitu agar terwujud pendidikan yang memerdekakan anak. Oleh karena itu, saya harus memberikan kemerdekaan kepada anak-anak dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, sebab anak bukanlah kertas kosong, melainkan anak itu sebagai kertas putih yang sudah berisi coretan namun masih buram, tugas kita sebagai guru untuk menjadikan coretan yang buram itu semakin jelas. 

Artinya setiap anak sudah memiliki bakat dan potensinya masing-masing. Selain itu, berdasarkan filosofis pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara, kita harus memandang anak sebagai individu yang berbeda dan unik. Setiap anak punya gaya belajar dan potensinya masing-masing, sehingga kita sebagai guru harus melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi. 

Artinya dalam melaksanakan pembelajaran guru harus selalu memperhatikan perbedaan individu dan juga melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada anak. Jangan memaksakan metode atau strategi yang menurut guru baik namun belum tentu memperhatikan setiap perbedaan individu.

Sebaiknya kita sebagai guru harus melakukan asessmen diagnostik awal untuk mengetahui kebutuhan, profil, gaya belajar, metode belajar seperti apa yang mereka inginkan, sehingga kita sebagai guru dapat merancang pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan anak atau dikenal dengan sebutan ‘berhamba pada anak’. 

Disisi lain, menerapkan budi pekerti yang luhur atau akhlak mulia merupakan keharusan yang tidak terbantahkan dengan cara mengintegrasikan setiap proses pembelajaran dengan pencapaian Profil Pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif.

  • Future (Penerapan)

Dari pembelajaran Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hajar Dewantara ini, memotivasi saya untuk melakukan hal terbaik dalam pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai sejalan dengan pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara, diantaranya: 

a) Mengubah pandangan bahwa siswa bukan seperti kertas putih kosong, b) Mengubah metode dan model pembelajaran di kelas yang memperhatikan kebutuhan siswa, c) Mengubah cara pandang terhadap siswa yang semula berorientasi pada nilai menjadi berorientasi pada proses, d) merancang dan melakukan asessmen diagnostik awal untuk mengetahui profil siswa, e) merancang pembelajaran sesuai dengan hasil asessmen diagnostik awal yang telah dilakukan, f) membuat kesepakatan belajar, dan g) melaksanakan pembelajaran dengan metode bermain sambil belajar.

Sekian pemaparan saya dalam Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1 Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 7.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun