Mohon tunggu...
PEMULA27
PEMULA27 Mohon Tunggu... Petani - Terima kasih

Petani Berdasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebenaran

20 April 2021   11:50 Diperbarui: 20 April 2021   12:33 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia seringkali mengalami alunan hidup yang tidak tetap dalam menegakkan kebenaran. Terkadang martabatnya disanjung-sanjung karena kebenarannya. Tetapi terkadang pula martabatnya direndahkan oleh karena kebenaran. Kehidupan manusia seringkali dijumpai hal-hal seperti itu. Meskipun demikian, manusia tidak pernah berhenti berharap dan berusaha untuk menunjukkan dan membuktikan kebenaran. Bahkan dalam keterbatasan, pengorbanan dan penderitaannya pun manusia masih sempat untuk memperjuangkan kebenaran. Dan yang lebih sadis lagi ketika nyawanya harus dikorbankan demi mempertahankan kebenaran. Dengan demikian, kebenaran adalah suatu proses yang sulit dan penuh tantangan. Manusia harus bergulat dengannya. Tetapi hati manusia selalu merindukannya, merindukan kebenaran, sehingga ketika kebenaran itu diabaikan dengan maksud tertentu, ditutupi dengan otoritas yang dimiliki atau pun dialihkan dengan memanipulasi, maka hati yang selalu merindukannya akan memberikan bisikan bahwa yang dirindukannya itu bukan kepalsuan melainkan kebenaran.

Hati manusia sangat berperan penting dalam seluruh proses perjalanan hidup manusia. Apa yang dirindukannya akan sangat berpengaruh bagi manusia entah itu kehidupan jasmani maupun kehidupan rohani. Kita mungkin bertanya, mengapa hati manusia merinduhkan kebenaran? Mengapa yang dirindukannya itu penuh tantangan? Apakah kebenaran itu begitu penting bagi manusia? Kebanyakan orang mungkin tidak menyibukan diri atau tidak mempersoalkan kebenaran karena menganggap bahwa kebenaran itu adalah sesuatu yang relative, "yang benar untukmu belum tentu benar untukku". Pandangan ini adalah pandangan yang keliru, pandangan yang hanya mau mementingkan diri sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Lebih daripada itu, pandangan ini sangat bertentangan dengan apa yang dirindukan oleh hati manusia. Selain merindukan kebenaran, hati manusia juga merindukan ketenangan dan kedamaian bersama orang lain yang diperoleh dari kebenaran. Kebenaran dalam pandangan yang demikian belum tentu membuat hati manusia merasa tenang. Hati manusia masih dan terus merindukan kebenaran.

Manusia pada umumnya mengakui bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara apa yang dipikirkan dengan realitasnya dan apa yang dikatakan dengan dengan kenyataannya. Keselarasan yang menjadi kebenaran ini bertolak dari pengalaman nyata manusia, pengalaman yang diserap oleh pancaindra manusia. Manusia melihatnya, mendengarnya, menciumnya, mengecapnya, merabanya dan kemudian menggagasnya menjadi sebuah ide. Pembuktian ini secara rasional dapat diterima oleh akal budi manusia. Apakah manusia merasa puas dan berhenti untuk mencari kebenaran? Hati dan akal budi adalah bagian penting manusia yang selalu mencari kebenaran sebelum kebenaran itu ditemukannya. Jika kebanaran yang diperoleh sifatnya fana, maka peziarahannya untuk mencapai kebenaran akan terus berlanjut. Di manakah kebenaran itu akan ditemukan? Manusia kerapkali tidak memahami kebenaran yang sesungguhnya. Pilatus ketika mengadili Yesus bertanya kepadaNya, "Apakah kebenaran itu?" Tentu saja Pilatus tidak menyadari bahwa ia sedang berhadapan dengan Sang Kebenaran. Begitu juga dengan hidup kita. Dalam hidup keseharian, kita seringkali berjuang untuk mencari kebenaran. Kita kurang menyadari bahwa kebenaran yang sesungguhnya adalah Yesus sendiri. Dialah Sang Kebenaran sejati. Dialah yang memberikan kebahagiaan dan kedamaian bagi manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun