Mohon tunggu...
Gideon Budiyanto
Gideon Budiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ignorance = Intolerance

22 April 2020   15:00 Diperbarui: 22 April 2020   14:59 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang mulai disiplin memakai masker di pasar swalayan (Foto : Gideon Budiyanto)

Ketika Pemerintah menggaungkan social distancing sampai physical distancing, masih ada saja masyarakat bandel yang tidak peduli dan tetap melakukan ritual berkumpul seperti biasa.

Atau ketika masker dan hand sanitizer amat dibutuhkan, ada saja orang yang menimbunnya untuk diberikan ke negara lain atau menjualnya kembali dengan harga setinggi-tingginya.

Baru selesai masalah penimbunan, muncul lagi berita mengenai mafia alat alat kesehatan yang membuat negara Indonesia begitu tergantung dengan negara lain padahal kita mampu memproduksi sendiri sehingga harga menjadi mahal.

Jangan ditanya mengenai susahnya menghimbau orang untuk memakai masker, masih ada saja yang ogah memakainya bahkan terkadang sampai berkelahi dan pukul-pukulan hanya karena hal sepele seperti ini.

Belum lagi para petugas medis yang harus bermain petak umpet dengan PDP yang harusnya diisolasi di rumah sakit tapi malah memilih kabur. Tenaga dan waktu yang harusnya bisa dipakai untuk merawat pasien yang lain harus terbuang hanya untuk mencari dan membujuk si PDP agar mau diisolasi kembali.

Dan yang terakhir, ketika Pemerintah memutuskan memberlakukan PSBB di DKI Jakarta dan mewajibkan perusahaan-perusahaan memberlakukan Work From Home bagi para pegawainya kecuali perusahaan yang dapat pengecualian dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin), masih ada saja perusahaan yang tidak peduli dan tetap melakukan aktivitas bekerja di tempat seperti biasa.

Tidak adanya peran serta aktif serta kesadaran dari masyarakat sendiri untuk mengikutinya membuat Pemerintah harus melakukan penindakan dengan sanksi yang tegas dari setiap himbauan yang diberikan.

Pertanyaannya adalah apakah memang harus seperti itu? Apakah kita memang harus dipaksa untuk melakukan sesuatu yang memang baik buat kita? Sejauh mana kedewasaan dan kesadaran kita dalam bermasyarakat dan bernegara di saat pandemi seperti ini?

Saat ini, kembali Pemerintah memberikan himbauan melarang mudik bagi masyarakat. Belum ada pemberitahuan mengenai sanksi yang akan diberikan bagi yang melanggarnya.

Hal ini kembali menguji tingkat kedewasaan kita di dalam bermasyarakat, akankah kita akan kembali tidak mengacuhkan himbauan itu seperti kejadian-kejadian sebelumnya?

Dengan kita bersikap cuek dan masa bodoh, sesungguhnya kita telah memupuk sikap tidak toleran terhadap sesama kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun