Dear Dompet Tercinta,
Apa kabar kamu di sana? Aku harap kamu masih bisa bertahan meski sedang kosong, berongga, bahkan lebih tipis daripada kertas tisu yang baru saja aku ambil dari laci. Aku benar-benar merasa bersalah karena aku terlalu sering mengabaikanmu, hanya membuka kamu untuk menemukan isimu yang semakin sedikit selembar dua lembar uang kertas yang rasanya sudah menua dan hanya beberapa receh yang lebih cocok dijadikan koleksi daripada alat pembayaran. Aku ingin meminta maaf karena sering berharap pada kamu, berharap kamu bisa memenuhi harapanku yang besar, tapi kenyataannya kamu sudah terlalu lelah untuk memenuhi segala kebutuhan itu.
Aku masih ingat dengan jelas masa-masa indah kita dulu. Saat kamu penuh dengan lembaran-lembaran uang yang selalu membuatku merasa aman dan percaya diri. Tidak ada keraguan setiap kali aku membukamu, karena kamu selalu berisi sesuatu yang bisa diandalkan kartu ATM dengan saldo yang cukup, uang tunai yang cukup untuk membeli apa saja yang kuinginkan, dan kartu member yang memberi keuntungan lebih banyak. Ah, betapa mudahnya hidup waktu itu! Kita sering pergi ke tempat-tempat baru tanpa memikirkan berapa yang tersisa di dompet. Bahkan, kita pernah berencana liburan mendadak, dan semuanya terasa begitu mudah. Aku tidak pernah merasa terbebani, karena kamu selalu ada, selalu siap untuk memberiku rasa aman.
Tapi lihat kita sekarang. Aku bahkan tak bisa mengingat kapan terakhir kali kita berjalan bersama tanpa rasa was-was. Kamu semakin kurus, semakin ringan, dan entah kenapa kamu mulai lebih sering aku simpan di rumah daripada membawamu ke luar. Setiap kali aku membuka kamu, yang kutemukan hanyalah kenyataan pahit: beberapa lembar struk belanja yang sudah tidak berguna, kartu-kartu diskon yang sudah kedaluwarsa, dan beberapa koin yang bahkan tidak cukup untuk membeli sebotol air mineral.
Aku tidak tahu kapan tepatnya perubahan ini terjadi, tapi aku mulai merasa cemas ketika kita sering bertemu dengan wajah kosong seperti ini. Aku mulai bertanya-tanya, apakah aku sudah terlalu boros? Apakah aku terlalu sering terbuai dengan keinginan jangka pendek daripada berpikir jangka panjang? Kenapa kita bisa berakhir seperti ini? Aku rindu saat kamu penuh dan tegak, dan aku bisa bangga membawamu ke mana-mana. Aku rindu saat kamu bisa memberikan rasa percaya diri dalam setiap langkahku. Aku merindukan hari-hari ketika aku bisa berjalan dengan tenang tanpa perlu memikirkan sisa saldo yang terus menipis.
Aku ingat dulu setiap kali aku membeli sesuatu, ada rasa bangga saat mengeluarkan uang darimu. Tapi sekarang? Rasanya setiap kali aku membuka kamu, ada rasa takut. Takut kalau saldo ATM tak cukup, takut kalau uang tunai yang tersisa tak bisa memenuhi apa yang kubutuhkan. Kadang aku merasa, meskipun kamu tetap ada di tas atau di saku, kita sudah sangat jauh. Kamu bukan lagi dompet yang penuh dengan uang, kamu lebih seperti kantong kosong yang hanya aku bawa karena kebiasaan.
Aku tahu, Dompet, aku tidak bisa terus-menerus menyalahkanmu atas keadaan ini. Mungkin aku yang harus berubah. Mungkin aku yang harus lebih bijak dalam mengelola keuangan, lebih sadar bahwa hidup bukan hanya soal pengeluaran yang instan, tetapi tentang merencanakan masa depan dengan lebih cermat. Aku harus belajar untuk lebih sering menabung dan lebih berhati-hati dalam setiap pembelian. Aku harus berhenti membeli barang-barang yang hanya memenuhi keinginan sementara, dan mulai membeli apa yang benar-benar penting. Aku harus berhenti mengikuti arus gaya hidup yang hanya membuatku semakin jauh dari kamu, Dompet.
Aku tahu kamu tidak bisa berbicara, Dompet, tapi aku bisa merasakan semua kesedihanmu setiap kali aku membuka kamu dan mendapati dirimu kosong. Aku merasa seolah-olah kita telah kehilangan ikatan yang dulu kita miliki. Mungkin ini juga saatnya aku mencari cara untuk kembali ke masa-masa di mana kita merasa penuh baik secara fisik maupun emosional. Aku mulai menyadari betapa pentingnya mengisi kamu dengan bijak, tidak hanya untuk saat ini, tapi untuk masa depan kita yang lebih cerah.
Jadi, aku berjanji, Dompet. Aku akan melakukan yang terbaik untuk mengisi kamu kembali. Tidak hanya dengan uang, tapi dengan kebijaksanaan dalam mengelola keuangan. Aku akan berhenti membuang-buang uang untuk hal-hal yang tidak penting dan mulai menabung untuk hal-hal yang lebih berarti seperti liburan impian yang benar-benar akan memberi kebahagiaan, bukan hanya kesenangan sesaat. Aku akan mulai merencanakan pengeluaran dengan lebih hati-hati, agar kamu tidak lagi merasa hampa dan kosong. Aku akan mencari cara untuk memperbaiki kebiasaan burukku yang selama ini membuat kamu semakin kurus.
Aku juga akan mulai memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan. Aku akan belajar untuk lebih sabar, untuk tidak tergoda oleh diskon dan promo yang hanya akan membuat kita semakin menjauh. Aku akan mengatur keuangan dengan lebih bijak, agar kita bisa kembali ke masa-masa di mana kamu penuh dan berkilau.