Mohon tunggu...
Sr. Gaudensia Habeahan OSF
Sr. Gaudensia Habeahan OSF Mohon Tunggu... Guru - Biarawati
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup ini indah, seindah saat kita dapat berbagi dengan sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi Tua Itu Sudah Pasti, Menjadi Dewasa Itu Pilihan

14 September 2020   11:30 Diperbarui: 14 September 2020   11:36 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Banyak orang tersandera dalam mindset bahwa cantik dan muda itu sesuatu yang "wajib ada", "harus ada"

Bila hendak berkata jujur manusia itu takut atau tidak merindukan apa yang disebut tua, peyot, ubanan, pincang, cacat, dikurung, bahkan mati itu sendiri.

Sederhananya manusia menginginkan tubuhnya tetap indah, memesona, necesarium. Adalah Sebuah kenaifan bila manusia tidak terjebak dalam kerinduan jenis ini.Membayangkan sejenak diri kita atau orang lain saat masih gadis atau remaja pria pada usia emas (kisaran 20-30 tahun) tentu sangat bergairah.

Eksposisi tubuh menjadi tontonan yang menarik; indah - merona, bergairah, emosional dan lincah. Usia-usia ini tak heran menjadi batu pijak meneguk kesuksesan seseorang.Namun ketika usia mulai beranjak tua dan kulit wajah nampak mulai bergaris, serentak terasa seperti horror. Mulai takut dan  gelisah. Butuh keberanian untuk membahas dan menangkapnya. Sebab itu sama menakutkannya dengan membicarakan kematian.

Apa yang dilakukan? Segelintir orang cepat-cepat lari ke ahli kecantikan untuk menunda durasi wajah muda dan sedapat mungkin meremajakan kembali kulit wajah.Industri farmasi disibukkan untuk meracik resep-resep atau obat awet muda, dan pelangsing dalam rangka mendukung para fashionista mewujudkan kulit wajah yang selalu nampak muda dan segar, tidak kriputan..he..he.

Ya diskursus soal "tua, "menjadi tua" atau "kelompok orang tua" zaman ini dibully dan diperkosa dalam propaganda iklan dan estetika wajah, di samping karena dibakar oleh semangat bahwa tua itu menakutkan, mengerikan dan mengenaskan. Terlalu kebablasan.

Banyak orang tersandera dalam mindset bahwa cantik dan muda itu sesuatu yang "wajib ada", "harus ada". Sekarang juga.
Pertanyaan kita, bukankah ini sebuah kerinduan yang absurd? Tidak ada kemudaan yang everlasting atau evergreen soal wajah. Kita terlahir hidup menuju tua. Selesai. Kita tidak dapat menyangkal tua. Menua merupakan proses perubahan fisikal yang bersifat alamiah. Menua adalah sebuah "being" yang harus diterima begitu saja.

Pertanyaan selanjutnya apakah setelah menjadi tua otomatis menjadi pribadi  yang dewasa ( Dewasa jasmani dan rohani )? Belum tentu. Mengapa ? Karena seseorang yang dikatakan dewasa berarti mampu mengendalikan diri dalam banyak hal,mampu mengontrol emosi dan tidak mau di manjakan oleh budaya instan. Bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan. Tidak asal-asalan.

Terlihat tidak dewasa karena kemalasan yang sudah berakar dalam diri. Saya sendiri terkadang masuk dalam bilangan ini. Maunya dilayani saja,cepat mandeg,cepat menyerah. Kesannya menjadi pribadi yang tidak mandiri dan tidak bertanggungjawab. Tidak memiliki semangat juang untuk melakukan sesuatu. Dalam permenungan saya menjadi dewasa itu adalah pilihan. Menjadi pilihan karena saya yang menentukan pribadi saya berkembang atau tidak. Jika saya mau berkembang dan maju tentu saya mengupayakan yang terbaik untuk dan dari diriku. Jika tidak mau berjuang itu tandanya saya membiarkan diri saya tetap bergantung pada orang lain.

Jadi menjadi tua itu sudah pasti ya...tetapi menjadi dewasa itu pilihan..

salam..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun