Mohon tunggu...
Sr. Gaudensia Habeahan OSF
Sr. Gaudensia Habeahan OSF Mohon Tunggu... Guru - Biarawati
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup ini indah, seindah saat kita dapat berbagi dengan sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sampai Berapa Kali Harus Mengampuni?

13 Agustus 2020   21:03 Diperbarui: 13 Agustus 2020   20:58 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada bulan Maret yang lalu,saya harus menjalani operasi kecil akibat kecelakaan. Kejadiannya lumayan sadis pada waku itu,sepeda motor saya masuk bengkel ,saya harus masuk RS dan angkot  yang menabrak saya meninggalkan saya begitu saja. Saya berjuang sendiri untuk berdiri,menahan rasa sakit yang saya alami,kaki kiri sudah penuh darah,tangan saya sudah lecet tapi saya masih berjuang untuk berdiri untuk melihat keadaan sepeda motor saya,ternyata saya tak sanggup melihat sekujur tubuh yang dipenuhi darah.

Singkat cerita,seorang bapak datang menolong saya mengantar sepeda motor saya kebengkel,dan membawa saya ke rumah sakit. Setibanya dirumah sakit,masuk ruangan IGD, seluruh bagian luka pada kaki dan tangan dibersihkan,diobati ,kemudian dibalut,hingga seluruh biaya pengobatan ditanggung oleh bapak itu. 

Dalam hati saya berkata ,Tuhan baik sekali, Dia mengirimkan orang yang baik kepada saya disaat saya mengalami kesulitan seperti  ini,bapak itu sama sekali saya tidak kenal. Setelah saya diantar kesalah satu ruangan diunit RS tersebut saya tidaak melihat lagi sosok bapak yang membantu saya itu. Setelah dua hari di RS ,bapak itu datang mengunjungi saya,ketika saya melihatnya dipintu saya hanya bisa senyum bahagia berlinang air mata,ternyata bapak itu adalah dosen saya dikampus. Dan pada hari itu juga saya bisa pulang dari RS dan diantar oleh bapak itu kerumah.

Singkat cerita kejadian itu berlalu dan untuk sementara waktu saya tidak diijinkan membawa sepeda motor,dan saya harus naik angkot PP setiap hari. Sungguh menjadi suatu tantangan yang berat untuk saya,saya trauma melihat angkot dan saya tidak mau naik angkot,saya benci. Dan saya tak punya pilihan lain,mau tidak mau saya harus naik angkot. 

Hal ini terjadi selama tiga bulan ,dan akhirnya saya bisa terima pengalaman itu,saya bisa enjoy ketika naik angkot ,menyapa orang-orang yang ada dalam angkot,sesekali melebihkan ongkos,dan akhirnya saya memahami bagaimana perjuangan sopir-sopir angkot itu berebut dijalanan untuk mendapatkan penumpang. 

Sehingga sering tidak taat aturan lalu lintas,dan seolah-olah jalan itu miliknya sendiri tanpa memperhatikan keberadaan orang disekitarnya. Mungkin ini salah satu cara Tuhan untuk menegur saya,supaya saya bisa mengampuni sopir angkot yang telah menabrak saya,sekalipun itu butuh proses yang lama.

Ini adalah  salah satu kisah tentang bagaimana saya harus mengampuni. tentu kita punya pengalaman masing-masing tentang mengampuni orang yang bersalah kepada kita dan juga tentang pengampunan yang kita terima dari orang lain. Berapa kali ? susah atau gampang ?

Pengalaman mengampuni adalah pengalaman yang susah-susah gampang. Susah dan gampang dalam mengampuni,itu tergantung dari siapa yang melakukan kesalahan itu,kawan atau lawan,besar atau kecil kesalahannya, sering atau tidak. Mirip dalam dunia kerja ada istilah Surat Pringatan (SP) 1,2,dan 3. 

Tapi kenyataan hidup itu sendiri mengajarkan kepada kita bahwa mengampuni bukanlah soal hitung-hitungan. Mengampuni bukan soal kerugian atau keuntungan,melainkan buah dari pengalaman akan belas kasih Allah yang tak terbatas. 

Dan Tuhan sendiri tidak menuntut kita harus memiliki belas kasih seperti Allah. Dia menghendaki supaya kita mampu mengampuni sesama dengan ikhlas dan mudah karena kita sadar bahwa kesalahan oranglain tak sebesar kesalahan kita terhadap Bapa. Seribu kali kita menyakiti Bapa ,dua ribu kali pengampunan yang diberikan kepada

 kita. Mengapa demikian ? Karena kita adalah anak-anak yang dikasihiNya,buktinya meski kita penuh dosa ,Bapa tidak berhenti mengirimkan kerahimanNya kepada kita setiap hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun