Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menurut "Wahyu Topeng Waja" Begini Akhir Petualangan Moeldoko di Demokrat

8 Maret 2021   10:41 Diperbarui: 8 Maret 2021   11:02 1733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ancient-origins.net

Topeng Waja itu kemudian jatuh tepat di wajah Gatotkaca. Mendadak Gatotkaca sembuh dari sakitnya dan langsung pulih seperti sedia kala.

Begitu pulih, Gatotkaca langsung menghajar Boma yang mencoba merebut jabatannya. Terjadilah perkelahian sengit antara Gatotkaca melawan Boma yang masih terbilang saudara sepupu. 

Dengan bantuan kakeknya, Boma berhasil memukul telak wajah Gatotkaca yang saat itu menggunakan Topeng Waja. Topeng yang terbuat dari baja itu pun pecah berkeping-keping. Kepingannya merobek kulit wajah Gatotkaca hingga merusak wajahnya. Ksatria Pringgondani itu pun terjengkang. Darah segar bercucuran membasahi wajahnya.

Saat situasi tengah tidak menguntungkan bagi Gatotkaca, datanglah Batara Narada. Tangan kanan Batara Guru ini membawa serta topeng yang terbuat dari perunggu. Topeng ini dibuat oleh Batara Ramayadi sebagai pengganti Topeng Waja yang dibawa lari oleh Kresna.

Topeng perunggu sebagai penanda senopati yang direstui oleh para dewa itu pun dikenakan di wajah Gatotkaca. Wajah Gatotkaca yang rusak parah seketika pulih. Kembali Gatotkaca menghajar Boma.

Ketika AHY dan Moeldoko Berebut Topeng Waja

Boma Narakasura yang bukan termasuk keluarga Pandawa. Sementara Moeldoko bukan kader Demokrat. Keduanya, Boma dan Moeldoko sama-sama diposisikan sebagai orang luar atau eksternal. 

Sebagai orang eksternal Boma dinilai tidak pantas cawe-cawe urusan internal keluarga Pandawa, apalagi sampai menginginkan jabatan senopati. Sedangkan Moeldoko yang bukan kader Demokrat oleh kubu AHY dianggap haram ikut campur urusan dapur Demokrat, apalagi sampai menduduki jabatan ketua umum.

Seperti Gatotkaca dan Boma yang saling pukul, begitu juga dengan AHY dan Moeldoko. AHY menyerang Moeldoko. Begitu juga sebaliknya. Jika mengamati media sosial, serangan terhadap AHY jauh lebih terstruktur, sistematis, dan masif dibanding lawannya. 

Parahnya lagi, bagi AHY, netijen yg selama ini memosisikan diri berseberangan dengan Istanai tidak seluruhnya mendukung AHY. Banyak dari kelompok netijen ini yang justru mengungkapkan ketidaksukaannya pada AHY, SBY, dan Demokrat. Rizal Ramli, misalnya. Ekonom ini menyentil praktek feodalisme dan nepotisme dalam partai politik.

"Praktek politik apa yang terjadi jika sistem demokratis tapi partai-partainya tidak demokratis?" cuit Rizal lewat akun Twitter @RamliRizal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun