Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan featured

Kasus Munir: Pollycarpus adalah Patriot yang Di-kebo Ijo-kan

9 September 2019   09:20 Diperbarui: 7 September 2020   07:17 4844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah korban dan keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) menggelar aksi solidaritas untuk aktivis pejuang HAM, Munir (almarhum), di Kantor Komisi Nasional (Komnas) HAM, Jakarta. Mereka meminta Komnas HAM untuk segera membentuk tim penyelidik independen guna mengusut kematian Munir. (KOMPAS/M Yuniadhi Agung)

Ditemukannya arsenik di dalam tubuh Munir adalah fakta yang sulit dibantah. Dari fakta inilah kemudian penyelidikan dikembangkan.

Menariknya, otopsi terhadap jenazah Munir hanya dilakukan sekali di Belanda. Polri menolak optopsi ulang karena menganggap otopsi di Belanda sudah valid.

Begitu juga dengan keluarga almarhum Munir. Lewat Koordinator KontraS, Usman Hamid, keluarga mengkhawatirkan hasil otopsi ulang Munir berbeda dari NFI. Dengan begitu, pengungkapan kasus Munir, yang dilakukan Tim Pencari Fakta (TPF) hanya berdasarkan laporan NFI.

Memang akan menjadi masalah bila hasil otopsi ulang berbeda dengan hasil otopsi NFI. Polri dan Pemerintah pastinya akan dituding menyembunyikan sesuatu. Apalagi ketika itu logika publik sudah tergiring untuk menempatkan Pollycarpus sebagai pelaku pembunuhan dan BIN sebagai otaknya. Di sisi lain dunia internasional sudah menyoroti kasus ini.

Padahal, ada dua hal yang bisa dipertegas dalam otopsi ulang.

Pertama, apakah jumlah arsenik yang ditemukan di tubuh Munir masuk dalam satu waktu, atau akumulasi penumpukan, atau kombinasi keduanya (diracun dan akumulasi). Kepastian jumlah kandungan arsenik dan bagaimana racun ini masuk ke dalam tubuh Munir sangat dbutuhkan untuk mengetahui proses kematian Munir.

Dan, jika Munir dibunuh, data kandungan arsenik ini akan menentukan waktu peracunan Munir. Dan waktu peracunan akan menunjukkan di mana Munir "mengkonsumsi" arsenik.

Jika dilakukan optopsi ulang dan kemudian didapat data yang beda, maka waktu peracunan Munir pun berubah. Bukan lagi ketika Munir di Changi, tetapi bisa dalam penerbangan Jakarta-Singapura. Bisa di bandara Soeta. Bisa juga sebelum Munir tiba di Soeta.

Bisa juga di rumah kediamannya sendiri. Atau bahkan lebih ekstrem lagi, Munir tidak dibunuh sama sekali.

Bukti-bukti Pembunuhan Munir Dibuat Setelah Kematiannya
Logikanya, jika Munir dibunuh di dalam pesawat, maka pelakunya pasti seorang atau kelompok yang mampu melakukan pembunuhan dengan tingkat kesulitan tinggi. Di Indonesia, bahkan juga di dunia, jumlah kelompok ini sedikit.

Karena logikanya pembunuh Munir adalah seorang atau kelompok profesional, maka dibangunlah fakta-fakta pendukungnya. Karakteristik pelaku yang tepat untuk menjawab logika itu adalah BIN atau oknum BIN karena memiliki aset dan akses ke Garuda dan institusi lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun