Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Inilah Faktor yang Buat Indonesia Hanya Bisa Di-Iran-kan, Tidak Di-Suriah-kan

22 April 2019   17:13 Diperbarui: 22 April 2019   17:32 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Aljazeera.com

Hari itu, 17 Desember 2010, kemarahan Mohammed Bouazizi sudah tidak lagi terbendung. Ia begitu marah pada pemerintah setelah gerobak yang dipakainya untuk berjualan sayuran dan bebahahan disita aparat Kota Sidi, Tunisia.

Bouazizi yang frustasi karena tidak mampu membayar uang pungli kepada aparat yang menyita gerobak miliknya itu lantas membeli sebotol bensin. Diguyurnya bahan bakar itu kesekujur tubuhnya.

Lantas, lelaki berusia 26 tahun itu memantik api.

"Blub!"

Seketika api membakar tubuh Bouazizi.

Dalam tempo singkat, foto terbakarnya Bouazizi memviral lewat Twitter. Apinya membakar kemarahan rakyat Tunisia. Seketika rakyat Tunisia turun ke jalan memprotes pemerintah Tunisia. Gelombang protes terus membesar. Meski telah berupaya semaksimal mungkin, Presidin Tunisia Ben Ali yang terlah berkuasa selama 23 tahun pun menyerah dan menyatakan lengser dari singgasananya pada 14 Januari 2011.

"Api Bouazizi" terus menjalar dari Tunisia ke berbagai negara Arab lainnya. Mesir, Libya, Yaman, dan Suriah terbakar. Satu persatu pemimpin yang telah menguasai negaranya selama puluhan tahun digulingkan atau terancam digulingkan. Dan, sampai saat ini "api Bouazizi" yang telah menciptakan Arab Spring itu masih terus menjalar.

Sebelumnya pasti tidak seorang pun yang berpikir kalau rontoknya negara-negara di Timur Tengah diawali oleh kemarahan seorang pedagang kaki lima yang mengakhiri hidupnya dengan membakar diri. Artinya, semua kemungkinan bisa terjadi. Karenanya jangan pernah menyepelekan segala macam isu terkait aksi unjuk rasa menentang hasil Pemilu 2019, khususnya Pilprers 2019.

Gelombang protes rakyat Tunisia pastinya tidak terjadi tanpa ada situasi atau kondisi yang mendahuluinya. Demikian juga dengan rakyat Mesir, Libya, Yaman, dan Suriah. Sebelum Bouazizi membakar dirinya sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan di negaranya, rakyat Tunisia pastinya sudah merasakan situasi yang sama. Adanya persamaan rasa senasib sepenanggungan inilah yang kemudian mendorong rakyat Tunisia turun ke jalan untuk mendesak mundur presidennya.

Indonesia memang bukan Tunisia. Indonesia juga bukan Mesir, Libya, Yaman, ataupun Suriah. Tetapi, seperti halnya situasi yang melatarbelakangi konflik di negara-negara Timur Tengah tersebut, bagi kelompok atau kubu pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, pelaksaanaan Pilpres 2019 dipenuhi oleh berbagai macam ketidakadilan dalam bentuk kecurangan-kecurangan.

Memang benar, tudingan kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin sebagai pelaku kecurangan tidak lebih dari sebuah pepesan kosong belaka. Karena, hanya dengan memanjangkan sedikit saja "sumbu", sederetan kecurangan yang dituduhkan oleh pendukung Prabowo-Sandi dapat dengan mudah dipatahkan. Apalagi, dari sekian banyak tuduhan tersebut, bisa dikatakan 80 persen di antaranya terbukti hoax.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun