Saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang saya hormati.
Sebelum memulai Pidato Kebangsaan ini, saya meminta kepada Mbak-mbak yang ada di pojok panggung untuk mematikan telepromter.
Bukan karena saya tidak membutuhkan alat bantu pidato ini. Bukan, Saudara-saudara. Bukan. Tetapi karena saya takut merusak alat yang kita sewa ini.
Bukan apa-apa, Saudara-saudara, alat ini akan saya gunakan pada saat tes ngaji nanti. Saya sudah mengintruksikan kepada tim BPN untuk menuliskan Al Quran dengan huruf latin pada telepromter.
Jadi, pada saat tes nanti, saya sebagai capres hasil ijtima ulama bukan saja lulus test ngaji, tapi sudah jadi hafiz. Asal, sekali lagi asal, jangan ada yang membongkar kalau saya ngaji pakai telepromter.
Baiklah, saya mulai pidato yang singkat ini.
Saudara-saudara, bangsa kita ini setiap harinya kena tipu. Saya tidak berbohong saudara-saudara. Saya tidak nge-hoax. Jadi, bohong kalau saya dibilang tukang bohong. Saya bisa membuktikannya.
Hari ini ... hari ini saya baru saja blusukan ke pasar. Saya blusukan ke dua pasar. Pasar tradisional dan pasar modern.
Ternyata, Saudara-saudara, tahu di pasar tradisional sama saja dengan tahu yang dijual di pasar modern. Tidak ada bedanya. Tempe juga saja saja. Sampai ke toge juga sama.
Jadi, apa bedanya pasar tradisional dengan pasar modern. Ini penipuan. Jangan percaya pada nama. Saudara-saudara, ini bukti kalau nama bisa menipu.
Tadi juga ada rakyat yang lapor pada saya. Katanya, berat 1 kg bawang sama saja berat 1 kg terong.