Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Demo 4 November 2016: Kemampuan Komunikasi Jokowi Akan Diuji

29 Oktober 2016   10:21 Diperbarui: 29 Oktober 2016   17:05 29477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN

Demo 4 November 2016 yang akan digelar Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI) tidak mungkin bisa dicegah. Unjuk rasa yang dimotori oleh FPI ini rencananya akan dipusatkan di depan Istana. Kalau melihat jumlah pendemo pada 14 Oktober 2016 lalu, diperkirakan jumlah pengunjuk rasa yang akan “mengepung” istana akan mencapai ratusan ribu.  

Selain di Jakarta, unjuk rasa juga akan dilangsungkan di sejumlah daerah, mulai dari Aceh sampai Maluku. Ketegangan di Jakarta dipasti akan meningkat sebab ribuan pengunjuk rasa rencananya akan mengepung propinsi ini dari segala arah, mulai dari Bogor, Tanggerang, Depok, dan Bekasi.

Bisa dibilang kalau demo 4 November 2016 nanti adalah demonstrasi terbesar dalam sejarah Indonesia. Lebih besar dari demo 2001 yang mendesak Presiden Gus Dur untuk turun. Bahkan lebih besar dari demo 1998.

Sebagaimana yang telah diedarkan, rencananya pengunjuk rasa akan menginap di depan Istana, mungkin juga dengan daerah lainnya. Sementara menurut aturannya, unjuk rasa hanya diperbolehkan sampai pukul 18.00. Lewat waktu itu, aparat keamanan akan membubarkannya.

Seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya, sejak 1998, unjuk rasa yang mendekati petang mudah memicu kerusuhan. Saat itu baik pengunjuk rasa maupun petugas keamanan yang berjaga sudah dalam kondisi letih baik raga maupun jiwa. Di situlah aksi provokasi untuk berbuat anarkis mudah dilancarkan.

Masalahnya, aparat keamanan harus ekstra hati-hati dalam menyikapi unjuk rasa ini. Pembuaran paksa unjuk rasa tidak mungkin dilakukan sebab pengunjuk rasa sudah menyiapkan surat wasiat. Artinya pengunjuk rasa sudah siap untuk mati. Maka, kalau sampai terjadi chaos yang memakan korban jiwa, pemerintah Jokowi akan mengalami tekanan yang jauh lebih besar lagi. Bukan hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri.

Sasaran unjuk rasa jelas pemerintah Jokowi, bukan lagi Ahok. Pemerintah Jokowi disasar karena dianggap telah berlaku tidak adil. Dalam persepsi yang disebarkan oleh lawan politik Jokowi, hukum saat ini semakin tajam ke bawah dan semakin tumpul ke atas. Ahok hanya menjadi simbol dari tumpulnya hukum ke atas. Praktek ketidakadilan pun semakin jelas terlihat setelah penahanan Dahlan Iskan. Lewat kasus Dahlan, masyarakat kemudian membandingkannya dengan kasus Sumber Waras.

Sekilas demonstrasi 4 November 2016 akan mengarahkan Indonesia dari situasi tertib sipil menjadi darurat sipil. Jika chaos terjadi, kecil kemungkinan aparat keamanan mampu mengatasinya mengingat unjuk rasa ini berlangsung juga di berbagai daerah. Kekuatan aparat keamanan pun akan terbagi, bukan hanya di titik lokasi unjuk rasa, tetapi juga di titik-titik rawan lainnya.

Dalam situasi seperti itu, informasi intelijen seharusnya dapat menjadi pegangan. Sayangnya, dalam situasi seperti itu, informasi intelijen sulit dipercaya kebenarannya. Konon, peristwa Mei 1998 diawali oleh kesimpangsiuran informasi intelijen. Kesimpangsiuran itulah yang mengakibatkan kerusuhan meledak di Jakarta.

Unjuk rasa nanti tidak bisa dihentikan atau diurungkan sekalipun polisi sudah menahan Ahok. Sebab sasarannya bukan Ahok, tetapi Jokowi yang dianggap sebagai pelindung Ahok. Belum lagi isu komunisme yang kembali santer ditiupkan.

Sekilas, unjuk rasa 4 November 2016 akan berujung pada kejatuhan Jokowi. Setidaknya kalau demo berlangsung damai, Jokowi akan di-Gus Dur-kan. Kalau berlangsung brutal maka Jokowi akan di-Soeharto-kan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun