Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Coronavirus Jadi Epidemi, Kemanusiaan Kita Diuji

3 Maret 2020   13:12 Diperbarui: 4 Maret 2020   12:39 2969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang petugas medis sedang merawat pasien di Rumah Sakit Zhongnan, Universitas Wuhan di Wuhan, China. (sumber: NYPost.com)

Begitu membaca atau mendengar kabar bahwa ada orang Indonesia yang terpapar coronavirus, mereka pun dilanda kepanikan. Apalagi bila domisili mereka tidak jauh dengan temuan kasus coronavirus.

Referensi orang seperti ini yang utama adalah media sosial. Semua informasi yang belum tentu kebenarannya ia lahap dan ia sebarkan begitu saja. Orang seperti ini tidak berpikir tentang dampak beredarnya informasi tersebut.

Pada akhirnya informasi yang tidak benar pun berkembang dengan liarnya. Kepanikan pun menular, menjalar, meluas, melebihi penyakitnya itu sendiri.

Kepanikan yang menular dengan masifnya membuat mereka bertindak tanpa pertimbangan. Misalnya, segera menyerbu toko-toko swalayan atau apotek untuk menjadi yang paling cepat mendapat masker, atau paling duluan membeli hand sanitizer, atau paling banyak memborong kebutuhan pokok (beras, makanan kaleng, mie instan dan lain-lain).

Tentang masker, mereka seakan tidak peduli bahwa ada orang-orang yang lebih memerlukan masker, misalnya penderita flu dan batuk yang kemampuan finansialnya pas-pasan.

Pasien BPJS Kesehatan bisa mendapatkan pelayanan medis gratis tetapi itu tidak termasuk masker. Mereka harus membeli sendiri masker di apotek atau toko swalayan yang harganya sangat terjangkau sebelum isu coronavirus merebak.

Kini harga masker pasti kian meroket lagi. Stok barangnya juga sangat terbatas. Sebetulnya harganya sudah meroket sejak wabah coronavirus melanda Asia Timur awal Februari 2020 lalu. Kini kabarnya harga masker sudah mencapai jutaan rupiah per boksnya.

Orang-orang yang memborong masker untuk keperluan atau keuntungan pribadi sepertinya sudah tidak berempati dengan warga lanjut usia atau lansia. Para lansia daya tahan tubuhnya lebih lemah. Mereka ini juga memerlukan masker. Apa daya stok masker dimana-mana sudah habis.

Jangan lupa, penderita TBC di tanah air masih banyak, sekira 845 ribu orang di tahun 2018. Jumlah penderita TBC di Indonesia adalah yang ketiga di dunia setelah India dan China (Kompas.com).

Para penderita TBC ini sangat memerlukan masker untuk kehidupan dan aktivitas mereka sehari-hari. Penggunaan masker dapat mengurangi resiko penularan virus TBC dari tubuh mereka.

Bagaimana bila para penderita TBC tidak kebagian masker? Penularannya ke orang lain akan jauh lebih efisien. Virus TBC tergolong sangat menular. Penularannya ke orang lain bisa lewat udara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun