Mohon tunggu...
Tiar Garusu
Tiar Garusu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Biasa

Hamba Allah, Palu, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Syi'ah di Mata Pendiri Bangsa

28 November 2018   12:44 Diperbarui: 28 November 2018   12:53 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Para pendiri bangsa kita, jauh sebelumnya telah mewanti-wanti atas kesesatan syi'ah. Mohammad Natsir di dalam salah satu tulisannya yang dimuat di majalah Al-Manar di masanya telah menjelaskan kesesatan syi'ah rafidhah yang sampai memuja-muja imam-imam mereka seperti Tuhan dan menyerupakan Tuhan dengan makhluk. Menurut beliau, jika dibandingkan dengan kesesatan mu'tazilah, kesesatan syi'ah jauh lebih besar. Beliau -rahimahullah- juga menyinggung Abdullah bin Saba sebagai seorang dari golongan syi'ah yang pernah berkata kepada Ali, "Engkaulah sebenarnya tuhan itu". (Capita Selecta, Natsir)

Sebagaimana Buya Natsir, begitu pula dengan Prof. Rasyidi, sahabat karib Buya M. Natsir. Beliau justeru lebih tegas lagi dengan menuliskan satu buku khusus untuk menjelaskan kepada ummat Islam Indonesia tentang bahaya dari penyimpangan aqidah syi'ah ini. Agar ummat Islam Indonesia yang notabene mayoritas berfahamkan Ahlussunnah Wal Jama'ah, untuk tidak lagi terbuai dengan revolusi Iran pada zaman itu, yang sejatinya revolusi itu menurut Prof. Rasjidi adalah revolusi syi'ah iran.

Beliau menghimbau di dalam kesimpulan bukunya tersebut, yang beliau beri judul APA ITU SYI'AH, beliau berkata, "Kita bangsa Indonesia diberi anugrah besar dan petunjuk yang benar berupa agama Islam oleh Allah Pencipta langit. Kita bersyukur bahwa Islam yang kita peluk adalah Islam Ahlus Sunnah, yang berdasarkan Qur'an serta hadist-hadits yang telah diselidiki, disaring, dan diperinci oleh para Ahli Hadits dari Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasai, At-Tirmidzi, sampai Ibnu Majah. 

Bahwa hak menjadi khalifah terbatas kepada anak cucu Nabi sampai 12 orang, bahwa mereka semuanya itu ma'sum, bahwa mereka mengetahui yang gaib, semuanya itu adalah aqidah yang TIDAK BENAR. Dan  keyakinan bahwa Nabi Muhammad telah berwasiat agar nantinya jabatan sebagai kepala negara hendaknya diteruskan oleh Ali, adalah ASUMSI SEPIHAK. Jika asumsi itu benar, niscaya para sahabat mengetahuinya".

Itulah beberapa pandangan pendahulu kita, para pendiri bangsa ini, mengenai bahayanya ajaran dan aqidah syi'ah. Serta penjelasan mereka bahwa bumi Indonesia adalah buminya Ahlussunnah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun