Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cerita Ceu Popong, Dari KAA 1955, Bohongi Presiden Mesir sampai Kekurangan Jokowi

20 April 2018   20:28 Diperbarui: 23 April 2018   20:57 4203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sketsa pensil Popong Otje Djundjunan. (Sumber foto asli: liputan6.com)

Salah seorang "Kartini" yang trengginas dan menjadi teladan di Gedung Bundar Senayan adalah Popong Otje Djundjunan. Duduk di Komisi X DPR dari Fraksi Partai Golkar, Ceu Popong - begitu ia akrab disapa - selalu memperlihatkan rasa nasionalisme yang tinggi terhadap budaya bangsa. Penggunaan Bahasa Indonesia misalnya, Ceu Popong selalu berkomitmen mengingatkan semua koleganya di legislatif untuk menggunakan Bahasa Indonesia dalam setiap diplomasi formal dengan siapa saja, sekalipun misalnya, anggota dewan tersebut begitu cas cis cus berbahasa asing.

Ya, acapkali mendengar nama Ceu Popong, pasti mengingatkan kita dengan kejadian menggelikan. Yaitu, ketika Ceu Popong memimpin sidang perdana DPR dan sempat mencari-cari palu untuk diketok sebagai simbol pemutus keputusan. "Paluna mana euweuh (palunya tidak ada)," begitu kalimat Ceu Popong yang masih terngiang-ngiang oleh kita sampai sekarang.

Sidang DPR yang dimaksud digelar pada 1 Oktober 2015. Inilah sidang pertama anggota dewan periode 2014-2019. Politisi senior Fraksi Partai Golkar Dapil Jawa Barat I Ceu Popong yang merupakan anggota dewan tertua diberi amanah sekaligus kehormatan untuk memimpin sidang sementara. Bersama dengan anggota dewan termuda yaitu Ade Rezki Pratama dari Fraksi Partai Gerindra Dapil Sumatera Barat.

Popong Otje Djundjunan dalam ilustrasi bingkai. (Sumber foto asli: ANTARA)
Popong Otje Djundjunan dalam ilustrasi bingkai. (Sumber foto asli: ANTARA)
Di usianya yang kini sudah genap 80 tahun, Ceu Popong bahkan  sudah menjabat sebanyak lima periode sebagai anggota DPR, atau sejak  1987. Perempuan kelahiran Bandung, 30 Desember 1938 ini tak lain adalah  istri dari almarhum Raden Otje Djundjunan yang tak lain adalah Walikota Bandung masa jabatan 1971-1976. Kini, Ceu Popong duduk di Komisi X yang membidangi masalah Pendidikan, Kebudayaan, Pariwisata, Ekonomi Kreatif, Pemuda, Olahraga, dan Perpustakaan.

Ceu Popong menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat Tomo (1945-1951), SMPN Sumedang (1951-1954), SMAN 5 Bandung (1954-1957), Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran (1957-1959), dan FKIP Universitas Pendidikan Indonesia (1959-1963).

Ketika lulus SMP, nilai pelajaran Bahasa Inggris Ceu Popong adalah 10. Maklum, selain di sekolah, ia juga belajar Bahasa Inggris di rumah dengan ayahnya yang merupakan guru Bahasa Inggris. "Selain itu, saya juga senang dengan pelajaran Bahasa Inggris," ujarnya kepada penulis.

Gong Perdamaian Asia Afrika yang ada di Museum KAA, Gedung Merdeka, Bandung. (Foto: Gapey Sandy)
Gong Perdamaian Asia Afrika yang ada di Museum KAA, Gedung Merdeka, Bandung. (Foto: Gapey Sandy)
Selain cerdas, Ceu Popong juga gemar berorganisasi. Misalnya, ia menjabat Ketua Pasundan Istri (1983-2005), Ketua BKOW Jawa Barat (1977-1983), Ketua Dharma Wanita Kotamadya Bandung (1974-1976), Ketua BKOW Subang (1964-1967) dan masih banyak lagi. Malahan ada yang menyebut, Ceu Popong sudah mengikuti sekitar 62 organisasi. 

Ya ampun, banyak amat atuh Eceu?! Tapi, jumlah ini masih kalah banyak. Lho, apanya lagi? Ya, karena pada Februari 2017 lalu, Ceu Popong menerima piagam penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai anggota DPR yang terbanyak memperoleh jumlah penghargaan. Berapa banyaknya? Wowww ... 506 penghargaan sejak tahun 1957.

Oh ya, dengan kemampuan fluently Bahasa Inggrisnya dan keluwesan serta kegemarannya berbusana kebaya, berkain wiron juga bersanggul, Ceu Popong pernah terpilih menjadi relawan dalam perhelatan bersejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 di Bandung. Ketika itu, Ceu Popong diberi tugas menerangkan tentang kuliner tradisional kepada para delegasi tamu yang menginap di Hotel Savoy Homann. Satu peristiwa yang tak akan pernah ia lupakan kala itu adalah, bicara bohong kepada Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser.

Berikut cuplikan wawancara dengan ibu dari empat anak sekaligus nenek dari delapan cucu ini melalui sambungan telepon, pada Jumat pagi, 13 April 2018:

o o o O o o o

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun