Mohon tunggu...
Gan Pradana
Gan Pradana Mohon Tunggu... Dosen - Hobi menulis dan berminat di dunia politik

Saya orang Indonesia yang mencoba menjadi warga negara yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Retaknya Kohesi Sosial dan "Terorisme" di Mako Brimob

9 Mei 2018   17:56 Diperbarui: 9 Mei 2018   18:07 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demokrasi seperti itu, jelas sangat berisiko. Mengutip Olle Tornquist, Siti Nurbaya mengatakan, jika demokrasi model seperti itu diteruskan, bukan tidak mungkin akan lahir situasi yang lazim disebut "demokrasi kaum penjahat".

Bukan cuma Siti Nurbaya, kita pun menengarai demokrasi kaum penjahat itu sudah menggejala di Indonesia. "Ancaman seperti ini sudah muncul ketika perilaku anarkis muncul saat pilkada," ungkap Nurbaya.

Persoalan yang paling mutakhir, disebut Nurbaya, adalah lemahnya komunikasi politik, munculnya isu dan kesimpangsiuran informasi. Ini lebih mengkhawatirkan sebab "demokrasi penjahat" sudah benar-benar dimasukkan ke akar rumput.

Apa yang diungkapkan Siti Nurbaya saya coba kaitkan dengan informasi tentang kasus terbaru kerusuhan di Mako Brimob yang saat saya menulis catatan ini, para tahanan terorisme masih menyandera anggota kepolisian dan lima petugas tewas.

Para aktor politik memanfaatkan akar rumput memutarbalikkan fakta tentang peristiwa itu. Dalam situasi seperti itu ada pula anggota masyarakat yang malah bersorak-sorak gembira dan menulis pesan seperti ini: "Alhamdulillah sudah 10 kuffar (kafir) dari Densus yang mati ..."

Ada pula yang menulis: "Aminnn ya Allah, semoga terus bertambah kufar denjing yang modar. Amin".

Silakan renungkan, kohesi sosial seperti apa yang akan mewarnai perjalanan bangsa ini jika di akar rumput, situasinya sudah seperti itu?

Saya menduga jika aparat bertindak tegas terhadap para tahanan teroris itu menyusul penyanderaan yang mereka lakukan, pasti ada elite politik yang mengeluarkan kecaman dan sama sekali tidak pernah mengecam aksi brutal yang dilakukan para teroris yang telah menewaskan lima anggota polisi.

Benar apa yang dikatakan Saur Hutabarat di acara diskusi itu bahwa kohesi sosial itu benar-benar terlihat retak di media sosial. Info hoaks dan ujaran kebencian begitu masif, sistematis dan terstruktur di media sosial.

Teknologi informasi berkembang secara cepat, tetapi menurut Saur, banyak di antara kita yang belum melek bermedia sosial. Nilai-nilai menghormati perbedaan belum tertanamkan dengan baik.

Akan semakin terpurukkah bangsa ini? Tidak. Mantan menteri semasa orde baru, Siswono Yudo Husodo, menjelaskan bahwa keretakan kohesi sosial di masyarakat dapat diatasi melalui upaya penegakan hukum yang jelas dan tegas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun