Mohon tunggu...
ABDUL GANI HAITAMY
ABDUL GANI HAITAMY Mohon Tunggu... Konsultan - ingin berkarya lewat tulisan tulisan yang mencerahkan dan inshaa allah akan mejadi referissi bagi semua kalangan yang konsen dengan hukum, pendidikan kesehtan dan parawisata.

kiranya dapat menjadikan figur yang dapat menerima segala masukan dari semua pihak..

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Ilmu Kewirausahaan di Perguruan Tinggi, Pentingkah?

3 Maret 2021   17:43 Diperbarui: 3 Maret 2021   17:48 1591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Setiap manusia oleh Tuhan telah dianugerahi akal untuk berpikir. Hidayat (2000: 210-211) definisi anugerah ini merupakan kemampuan manusia untuk melakukan proses berpikir yang kreatif, sehingga pada tataran pemikiran, ia memiliki wilayah kebebasan yang besar untuk memilih. Kemampuan berpikir manusia dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor pendidikan (education), usia (age), pengalaman (experience), lingkungan (environment/milieu), dan lain sebagainya. Proses yang dialami setiap manusia berbeda satu dengan yang lain, sehingga menuntutnya untuk melakukan proses berpikir kreatif dalam mengarungi kehidupan. v berpikir adalah ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama, yang dimulai dengan adanya masalah. Dalam mengarungi kehidupan, manusia berproses menghadapi berbagai persoalan atau permasalahan yang memerlukan proses berpikir kreatif dan inovatif dalam penyelesainnya. Entrepreneur, menurut Zimmerer et.al (dalam Wijanto, 2009: 4) adalah seseorang yang menciptakan usaha baru dengan menghadapi ketidakpastian dan risiko dengan maksud untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan usaha melalui pengidentifikasian peluang yang signifikan dan penggunaan sumber daya yang diperlukan. v menunjukkan bahwa seorang entrepreneur dalam menghadapi ketidakpastian dan resiko dalam berusaha memerlukan proses berpikir kreatif dan inovatif, agar usaha yang akan dijalankan maupun yang sudah berjalan tetap memperoleh keuntungan dan tetap eksis dalam menghadapi berbagai kompetitor yang ada. v Entrepreneur dalam pandangan Zimmerer merupakan satu kelompok orang yang mengagumkan, manusia kreatif dan inovatif. Mereka merupakan bahan bakar pertumbuhan ekonomi masyarakat, karena ia memiliki kemampuan berpikir dan bertindak produktif v Berbagai upaya dilakukan untuk membangun jiwa entrepreneur pada setiap orang, diantara upaya yang dilakukan adalah dengan berpikir kreatif dan inovatif. Jika setiap individu negara kita memiliki kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, maka persoalan pengangguran, perekonomian, sosial dan lain sebagainya dapat diminimalisir.

Entrepreneurship dapat dimaknai sebagai pendidikan calon pengusaha agar memiliki keberanian, kemandirian, serta ketrampilan sehingga meminimalkan kegagalan dalam usaha, pendidikan entrepreneurship bukanlah pendidikan marketing atau penjualan yang mendidik seseorang untuk jadi pedagang, Entrepreneur jauh lebih luas daripada sekedar menjadi penjual ada dua karakter seorang entrepreneur:

1. Entrepreneur sebagai creator yaitu menciptakan usaha atau bisnis yang benar-benar baru. 

2. Entrepreneur sebagai innovator, yaitu menggagas pembaruan baik dalam produksi, pemasaran, maupun pengelola dari usaha yang sudah ada               sehingga menjadi lebih baik. 

Lalu apakah sama antara entrepreneur dan pedagang....? Jawabnya tidak, seorang pedagang belum tentu seorang pengusaha jika ia tidak memiliki jiwa creator ataupun innovator dalam berdagang, seorang pedagang bisa jadi hanya peniru, misalkan seseorang melihat orang lain yang berjiwa entrepreneur yang membuka usaha restoran jamur yang sama sekali belum ada. Calon pedagang tadi mencoba meniru usaha dengan membuka restoran jamur ditempat lain dengan cara menunggu dan meniru juga cara penjualan di restoran jamur pertama. Orang semacam ini hanya bisa disebut pedagang, bukan pengusaha atau entrepreneur. Namun apabila seseorang terstimulus ide bisnisnya dari orang lain, kemudian menciptakan sebuah cara baru dalam produksi, pengemasan, dan penjualan, orang tersebut dapat disebut sebagai entrepreneur meskipun ia juga disebut seorang pedagang. Menurut Riant Nugroho (2009) mereka yang disebut entrepreneur sejati adalah mereka yang mampu mengembangkan inovasi dalam bisnis sekaligus mampu memasarkan dengan baik. Bambang Trim (2010) entrepreneurship tidak dapat diajarkan dengan pemaksaan atau proses pengarbitan meskipun sebagian besar entrepreneurship memang lahir dari keterpaksaan hidup atau kesulitan hidup yang memaksanya sejak kecil harus berusaha untuk bisa survive. Entrepreneurship adalah sebuah semangat perjuangan, mempertahankan hidup, mengembangkan kreasi dan daya inovasi, serta berorientasi sekali lagi kepada kemasalahatan umat manusia serta makhluk di bumi ini. 

Pendidikan Tinggi adalah Pendidikan Entrepreneur, menjawab tantangan sosial yang semakin mendesak, pengangguran kian membandel, maka pendidikan tinggi perlu diarahkan pada pendidikan entrepreneur namun tetap tidak menghilangan identitas lainnya sebagai lembaga pendidikan tinggi berorientasi pada research dan discovery, pendidikan tinggi dituntut untuk menyemarakkan program pendidikannya yang berjiwa entrepreneur. Program pendidikan yang berjiwa entrepreneur harus diberi ruang sangat luas dan leluasa oleh pemerintah. 

Pemerintah daerah dalam konteks ini berperan penting untuk menggalakkan pendidikan kewirausahaan. Dirjen pendidikan perguruan tinggi (L2DIKTI) mewajibkan mata kuliah kewirausahaan pada semua fakultas dan semua program jurusan, tak terkecuali pendidikan keperawatan. Esensinya pendidikan kewirausahaan tidak cukup berhenti pada pemberian mata kuliah kewirausahaan secara teoritis saja tetapi harus dikaji lebih jauh adalah pelaksanaan atau implementasi pendidikan kewirausahaan Geoffrey G. Merideth dalam Mudjiarto (2006), memberikan gambaran tentang keuntungan dan kerugian menjadi wirausaha adalah:

1. Keuntungannya adalah memberi kesempatan pada tiap pribadi untuk mengontrol jalan hidup sendiri dengan imbalan kepemilikan yang diperoleh dari kemerdekaan untuk mengambil keputusan dan resiko, kesempatan untuk menggunakan kemampuan dan potensi pribadi secara penuh dan aktualitas diri untuk mencapai cita-cita, kesempatan untuk memberikan sumbangan kepada masyarakat dengan lapangan kerja dan pengabdian serta memperoleh pengakuan. 

2. Kerugian adalah kepastian pendapatan membuka dan menjalankan usaha tidak menjamin anda akan memperoleh uang yang cukup untuk hidup, resiko hilangnya modal/ asset/ investasi anda. Semua hal tentu mengandung resiko, resiko terbesar yang harus dihadapi seorang wirausahawan adalah kerugian yang akan menghilangkan investasinya, kualitas hidup sebelum mapan, wirausahawan harus bekerja 6-12 jam sehari, untuk membangun suatu usaha yang besar, tidak cukup hanya modal yang besar, namun harus diikuti dengan kerja ekstra dan waktu ekstra.

banyaknya tantangan dan hambatan dalan berwirausaha menjadikan masyarakat kurang memiliki minat dan motivasi untuk berwirausaha, kegagalan dalam berwirausaha disebabkan faktor-faktor ketidakmampuan manajemen, wirausahawan dituntut memiliki kemampuan manajerial dalam mengelola sumber daya ekonomi, kurang pengalaman, ide membuka usaha yang seringkali hanya sekedar ikut-ikutan, pengendalian keuangan yang buruk, ketidakmampuan pemilik usaha mengatur dan memisahkan pengeluaran dan pemasukan pribadi dengan pengeluaran dan pemasukan usaha; lemahnya usaha pemasaran. Pemasaran yang tepat adalah bagian penting dari suksesnya usaha kita kegagalan mengembangkan perencanaan strategis. Pemilik usaha harus mampu menyusun perencanaan strategi bisnis untuk menjaga keberlangsungan dan pengembangan usaha di masa mendatang. 

Tantangan dan hambatan Kewirausahaan Pertumbuhan tak terkendali keinginan untuk melakukan ekspansi bisnis tidak didasari pertimbangan rasional, hal ini dapat menyebabkan kesulitan modal baik keuangan maupun sumber daya ditengah-tengah proses produksi. Penentuan lokasi usaha sangat berdampak pada kuantitas penjualan produk, produk bisa saja tidak tepat sasaran dan produk tidak bisa memberikan manfaat untuk masyarakat disekitarnya, pengendalian persediaan yang tidak tepat, kalkulasi tentang stock persediaan barang seringkali salah, banyak produk yang masih menumpuk digudang dan tidak bisa terdistribusikan sehingga akan menimbulkan kerugian besar, penetapan harga yang tidak tepat penetapan harga barang seringkali meleset dikarenakan kesalahan dalam kalkulasi biaya produksi. Apabila harga produk terlalu tinggi, maka konsumen tidak akan membelinya dan lebih memilih mencari barang subtitusi lainnya, namun apabila harga terlalu rendah akibat adanya biaya lain-lain, ketidakmampuan membuat "Transisi Kewirausahaan". Transisi kepemilikan usaha seringkali gagal dikarenakan wirausaha tersebut tidak mempersiapkan kader pengganti sedini mungkin. Kesuksesan bisnis yang dikembangkan oleh generasi pertama belum tentu bisa diikuti generasi berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun