Mohon tunggu...
Galuh Trianingsih Lazuardi
Galuh Trianingsih Lazuardi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Forza Lazio!\r\n\r\nhttp://galuhtrianingsihlazuardi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Menapak Tilas Perjalanan Lazio di Musim Tak Terlupakan

24 Mei 2012   07:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:53 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1337844265311994295

Menapak Tilas Perjalanan Lazio Di Musim Tak Terlupakan oleh Galuh Trianingsih Lazuardi © 2012 [caption id="attachment_190202" align="alignleft" width="300" caption="sumber foto: www.sslaziofans.it"][/caption] Dua musim berturut-turut, Udinese, menggagalkan mimpi Lazio berlaga di kompetisi Eropa level tertinggi, Liga Champions. Musim 2011/2012 berakhir dengan posisi empat klasemen bagi Lazio, dan sekali lagi Tim Pertama Ibukota ini akan berlaga di Liga Europa. Musim ini memang musim yang tak terlupakan, penuh dinamika, penuh intrik dan menguras emosi Laziali di seluruh dunia. Drama diawali bahkan sebelum laga pertama dilakukan. Lazio kehilangan tiga pemain intinya: Muslera dan Lichtsteiner yang enggan memperpanjang kontrak serta Zarate yang “galau” dan menginginkan pindah. Permintaan Zarate terpenuhi dengan dipinjamkan ke Internazionale. Beberapa pemain pelapis juga mengalami hal yang sama: Foggia, Floccari, Bresciano serta beberapa lagi. Tetapi pada saat yang sama, beberapa darah baru disuntikkan ke tubuh Biancocelesti: Marchetti, Konko, Stankevicius, Cana, Lulic serta duo bomber veteran Cisse dan Klose. Cana dan Stankevicius serta Cisse memang tidak segera dapat beradaptasi dengan cepat. Tetapi Marchetti segera menunjukkan diri sebagai salah satu penjaga gawang paling konsisten di Serie-A. Konko segera mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan Lichtsteiner secara lumayan. Kejutan besar datang dari Lulic. Pemain Bosnia yang diplot sebagai pelapis Radu, ternyata berkembang sebagai andalan baik dalam pertahanan maupun sebagai pemain tengah menyerang yang mumpuni. Kejutan terbesar ditunjukkan Klose. Skeptisisme terhadap pemain berusia senja yang “terbuang” dari Munchen ini, dijawab dengan sangat menakjubkan. Klose menjadi mesin gol dan segera saja menjadi ikon birulangit. Maka, Laziali memulai musim 2011/2012 dengan optimisme tinggi untuk mengejar impian Liga Champions. Liburan Natal Yang Indah Mengawali musim dengan menahan juara bertahan Milan di San Siro, generasi kedua Irriducibili Lazio segera menunjukkan ketidaksabarannya saat di laga berikutnya Lazio dikalahkan Genoa di hadapan mereka. Walaupun mampu mengalahkan Cesena di kandang lawan, seri tanpa gol saat menjamu Palermo memicu ketidaksukaan ultras yang berpuncak pada tuntutan mundur pada allenatore Reja dan bahkan ancaman pembunuhan terhadap kakek berusia 66 tahun ini. Penolakan pengunduran diri Reja oleh Presiden Lotito dijawab Reja dengan memenangi Derby della Capitale untuk pertama kalinya. Maka pertikaian dengan ultras sementara dilupakan. Kemenangan derby memberi kekuatan ekstra pada Ledesma dan kawan-kawan. Kemenangan demi kemenangan terus diraih, walaupun sempat dikalahkan Juventus di Olimpico. Lazio terus berkibar dan memasuki masa liburan natal 2011 dengan hanya berjarak tiga poin dari capolista. Tak pernah sekalipun sejak derby, Lazio lepas dari posisi lima besar. Hingga titik ini, Lazio adalah tim dengan predikat “fair play” terbaik, tanpa ternodai satupun kartu merah. Di Liga Europa, Lazio lolos ke fase knock out walaupun faktor keberuntungan berperan di sini. Liburan Natal yang indah dan menyimpan harapan besar 2012. Tetapi sesungguhnya di titik inilah dimulainya badai cedera yang tak kunjung reda. Januari Kelabu Januari 2012 yang tak akan pernah dapat dilupakan Laziali. Cerdera mulai mendera. Dan Lazio mengalami hantaman luar biasa, bukan dari rival-rivalnya, tetapi justru dari kantor mewah Lotito dan Direktur Olahraga, Igli Tare. Tanpa kompromi dengan Reja, Cisse dijual ke QPR. Harapan akan gol dari pemain Prancis ini memang belum terpenuhi, tetapi bagi Reja Cisse cukup berkontribusi dengan assist-nya dan pergerakkannya mampu membuka celah pertahanan lawan untuk dikonversikan menjadi gol oleh Klose. Bukan hanya itu, pemain pinjaman dari Genoa, Sculli, yang dipermanenkan awal musim, secara aneh dipinjamkan kembali ke Genoa. Sculli memang bukan pemain inti, tetapi dia menciptakan beberapa gol penting. Belum lagi Del Nero, Ceccarelli dan Stendardo juga dipinjamkan. Semua ini dilakukan saat tak kurang dari 6 pemain inti cedera, dan hanya diganti dengan Alfaro muda yang dalam kondisi cedera pula. Serta Candreva yang mulai melangkahkan kaki di Olimpico dengan cemoohan ultras karena stigma romanista-nya. Keruntuhan dimulai. Lazio mengawali 2012 dengan kekalahan memalukan dari Siena, tersisih dari anak asuhan Diego Simeone di Liga Europa, tesisih dari Milan di Coppa Italia barulah permulaan. Di titik ini, Reja menunjukkan kemarahannya atas lemahnya dukungan manajemen. Walaupun sekali lagi urung mundur, dengan sisa kekuatan Lazio yang menyedihkan, Reja tak mampu mengangkat kembali Lazio. Pelatih manapun tak akan mampu melakukan “mission impossible” ini. Reja toh memenangi derby untuk kedua kali, dan hubungannya dengan ultras mengalami masa bulan madu yang terindah. Untuk pertama kalinya ultras di Curva Nord Olimpico memadukan suara mereka, “Reja....Reja.... Reja!”. Reja Tidak Gagal Kali ini kemenangan derby tak memberikan tuah. Walaupun sempat mencatat prestasi fenomenal dengan mengalahkan Milan, selama tahun 2012 hingga akhir Maret, Lazio hanya membukukan 21 poin dari kemungkinan 45 poin. Mengawali April dengan menekuk Napoli, secara keseluruhan nasib tragis Lazio tak terelakkan. Tim “fair play” tanpa kartu merah telah berubah menjadi tim langganan kartu merah. Dimengerti, tekanan situasi krisis pemain telah berimbas kepada situasi psikologis dan mental pemain. Dengan daftar cedera dan hukuman yang memanjang, badai cedera ini menjadi bencana. Pada laga lawan Palermo misalnya, Reja hanya memiliki 2 pemain belakang, yang memaksa Ledesma menjadi bek dadakan. Dan sungguh menyayat hati menyaksikan Rocchi yang, dalam usia senjanya, harus berlarian kian kemari seorang diri di depan, karena saat itu hanya Sang Kapten inilah penyerang yang dapat diturunkan. Secara ajaib Lazio bertahan di peringkat tiga, karena Napoli, Udinese dan Inter juga mengalami keterpurukan, sementara rival sekota, Roma, terlempar dari persaingan elit. Kesempatan ini tak dapat dimanfaatkan Lazio yang compang-camping. Dan Udinese pun tak tertahan. Di saat-saat terakhir, Zebra Kecil ini menelikung. Membangun Masa Depan Baru Ultras Lazio memahami Reja, dan tetap mengelukannya di giornata terakhir saat Lazio mempermalukan Inter yang bertabur bintang. Tetapi itu tidak cukup. Reja secara definitif mengundurkan diri dengan hati yang terluka akibat perlakuan yang diterimanya dari manajemen. Sesungguhnya Reja tidak gagal. Walaupun musim ini hanya mengoleksi 62 poin (musim lalu 66 poin), tetapi peringkat Lazio naik satu tingkat. Dan secara head-to-head Lazio hanya kalah dari Juventus dan Udinese, dan mengungguli Milan, Napoli, Inter dan Roma. Terima kasih, Mister! Kini semuanya tergantung Lotito dan Tare untuk membangun kembali Lazio. Semoga mereka berdua dapat mengambil hikmah dari musim penuh dinamika ini. Pelatih baru, pemain baru, semangat baru dan harapan baru untuk memulai musim 2012/2013. Lazio tim besar, dan hanya tim besarlah yang mampu bangkit kembali menatap masa depan yang lebih baik. Avanti Lazio!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun