Pada tahun 1945, suasana di Jakarta tegang. Jepang baru saja menyerah kepada Sekutu, dan bangsa Indonesia melihat peluang emas untuk merdeka.
Di sebuah rumah di Pegangsaan Timur 56, Soekarno dan Hatta berdiskusi hingga larut malam. Mereka tahu, esok adalah hari yang sangat menentukan: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Namun, ada satu hal penting yang belum siap... bendera Indonesia.
Fatmawati, istri Soekarno, dengan penuh semangat berkata,
 "Biar saya yang menjahitnya!"
Dengan mesin jahit sederhana, ia mulai menjahit kain merah dan putih yang sudah disiapkan. Kain merah melambangkan keberanian, sedangkan putih melambangkan kesucian. Setiap jahitan terasa seperti doa: doa agar bangsa ini benar-benar bebas.
Keesokan harinya, 17 Agustus 1945, halaman rumah Pegangsaan Timur penuh sesak oleh rakyat yang datang. Saat teks proklamasi dibacakan, suasana hening. Dan ketika bendera merah putih hasil jahitan Fatmawati itu dikibarkan untuk pertama kali, rakyat bersorak haru, sebagian meneteskan air mata.
Seorang anak kecil yang ikut menyaksikan bahkan berteriak:
"Itu bendera kita! Bendera Indonesia!"
Momen sederhana itu menjadi simbol lahirnya Indonesia merdeka. Bendera yang dijahit di ruang kecil, dengan mesin jahit tua, kini berkibar di seluruh pelosok negeri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI