Mohon tunggu...
galing ramadhanzhusto
galing ramadhanzhusto Mohon Tunggu... Lainnya - gas

mantap

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sumpah Pemuda: Pemuda Indonesia dalam Refleksi atau Realita

28 Oktober 2020   09:55 Diperbarui: 28 Oktober 2020   10:17 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya beri aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".(Ir.Soekarno)

Ir. Soekarno, presiden Indonesia pertama yang memiliki kiprah politik dari zaman pergerakan Nasional. Soekarno melewati masa muda dalam tekanan Kolonialisme Belanda yang menjajah Indonesia. Tekanan yang diterima soekarno menjadikan " Soekarno " melewati masa muda dengan penuh perjuangan demi kebangsaan Bangsa Indonesia. Maka tidak heran Soekarno  melihat wajah pemuda sebagai Agent Of Change yang memiliki pengaruh yang besar dalam kemajuan dunia dan khususnya Indonesia.

Sebagai Agent Of Change, pemuda merupakan " penggerak " perubahan. Perubahan yang dilakukan oleh pemuda memiliki peran penting dalam aspek kehidupan manusia. Ekonomi, politik, sosial, budaya, bahkan IPTEK tidak terlepas dari pengaruh pemuda. Dalam lingkup Global misalnya Mark Zuckerberg, Evan Spiegel, Lisa Draexlmaier merupakan pemuda yang memiliki pengaruh besar di dunia. 

Dalam lingkup yang lebih kecil , Indonesia juga memiliki pemuda-pemuda yang memiliki andil besar dalam perubahan bangsa ini. Dian Pelangi, Jeff Hendrata, dan Tanner Setiawan merupakan pemuda Indonesia yang memiliki peran besar dalam kemajuan bangsa ini. Tapi sayang, banyak pemuda Indonesia yang memiliki kemampuan lebih namun memiliki pengaruh di negara lain.

Tidak kalah dengan negara lain, Indonesia " sebenarnya " memiliki pemuda-pemuda yang memiliki kemampuan lebih namun memiliki andil di negara lain. Kenapa? Karena di Indonesia karya mereka " diremehkan" oleh bangsa sendiri. Farrel Millineo Kusuma contohnya. Farrel yang meneliti tentang " Data Compression Using EG and Neural Network Algorithm for Losseless Data " tidak diterima di kompetensi regional dan Nasional. Namun karya Farrel ini malah diremehkan oleh para juri. Namun Farrel tidak berkecil hati dan mencoba mengirim proposal ke GOOGLE. Selang beberapa mingggu Farrel menerima notif email yang menyatakan bahwa proposal Farrel lulus dan diundang ke Mountain View California

Senada dengan Farrel, Yogi Erlangga yang merupakan penemu efisiensi penggunaan minyak mencoba mempatenkan karyanya di tingkat Nasional. Namun karyanya ini malah ditolak dan diterima di tiga negara China, Korea Selatan dan Malaysia. Bahkan di Korea Selatan, Yogi mendapatkan penghargaan dalam bidang teknologi " Korea Became Something ". Bahkan untuk tahun 2010 saja, Yogi Erlangga mendapatkan gaji sebesar 180 juta perbulannya melalui karyanya.

Berbeda dengan Ir Soekarno yang hidup dengan penuh tekanan Jajahan Belanda, Pemuda Indonesia sekarang malah hidup dengan tekanan jajahan Bangsa sendiri. Farrel dan Yogi merupakan dua dari sekian banyak pemuda Indonesia yang harus berjuang di negara lain hanya untuk memperoleh pengakuan dari hasil karyanya. Hal ini tidak terlepas dari perlakuan bangsa sendiri kepada para pemudanya yang memiliki bakat. Namun disia-siakan. Mirisnya lagi pemuda " Alay, Pansos" malah digandrungi dan dijadikan contoh bagi pemuda lainnya. Apa yang salah dengan Indonesia sekarang?. Apa yang salah dengan Pemuda Indonesia? Yang dianggap sebagai kerikil di Negeri Sendiri Namun Berlian di Negara Lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun