Ada satu pertanyaan untuk kompasianer; rambut pasangan Kompasianer, masihkah panjang? Bagaimana dengan anak yang putri?
Dulu, duluuu sekali saya pernah diceritain seorang pria yang bertanya:
“Kamu tahu, nggak, kenapa aku suka punya pacar yang rambutnya panjang?“
“Biar kayak wewe gombel“ Jawaban sekenanya saya kasih. Cuek bebek. Wewe Gombel adalah makhluk halus berambut panjang yang katanya, biasa mangkal di tanjakan Gombel, Semarang.
“Salah. Biar membelai pacarku tambah lama ... coba kalau modelnya Demi Moore, kann cuma “setttt“ selesai. Pacaran kan pengennya yang lama-lama dan panjang-panjang.“
“Ahhh, assaaaal“ Lemparan sandal saya padanya, nggak kena. Dia nginggati, menghindar. Lalu pergi.
Rambut panjang. Waktu saya kanak-kanak itu masih hit lomba panjang-panjangan rambut. Untung bukan panjang-panjangan kuku. Bisa nyaingi Werkudoro, kann ... haha.
Yup, sejak kecil sampai dewasa, rambut saya biasa panjang. Sepertinya memang sudah jadi tradisi bahwa anak perempuan di Jawa rambutnya ya, harus panjang tho ya. Mosok pendek, nanti dikira anak lanang.