Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

"Berliner Model", Cara Jitu Membuat Anak Seharian Betah di TK

11 Februari 2021   03:54 Diperbarui: 12 Februari 2021   07:52 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegiatan belajar di Taman Kanak-Kanak| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

"Mamaaa ... mamaaa ... aku mau pulang."

Suara jeritan gadis kecil umuran 2,5 tahun itu terdengar dari ujung sana. Wajahnya menempel pada kaca jendela di sebelah pintu, kedua tangannya diangkat ke atas. 

Rambut pirangnya berantakan, ia meronta. Air matanya berlinang. Matanya yang biru meratapi kepergian ibunya, yang telah menghilang 10 menit yang lalu. Sepertinya ia anak baru. Catleya namanya.

Perempuan kecil itu baru seminggu dimasukkan mamanya ke taman kanak-kanak. Setiap hari, ketika ia harus berpisah dengan ibunya, ada adegan drama sekian babak yang tampak. Bisa saja, ia belum bisa menyesuaikan dunia baru yang ia temui. Maklum, dulu sebelum masuk TK, ia berada di rumah bersama keluarganya selama 24 jam. 

Sekarang ini, ia harus berada di ruang yang asing, guru yang tidak dikenalnya, kegiatan yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya dan teman-teman yang belum pernah ditemuinya. Semua baru!

Seperti psikolog Swiss Jean Piaget (1896--1980), setiap anak dilahirkan di bumi ini dengan dua kemampuan; pertama, beradaptasi (berasimilasi dan berakumulasi). Kemudian, talenta berorganisasi.

Walaupun demikian, setiap anak itu berbeda. Ada anak yang dimasukkan ke TK malah senang karena memang termasuk anak yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Di lain sisi, ada anak yang depresi masuk TK, karena terlahir sebagai anak introvert.

Di kelas, di mana Catleya berada, ada 3 guru kelas (satu di antaranya baru training). Banyak mainan yang mengundang kemampuan kognitif, motorik, dan sensorik yang disebar di ruangan. 

Banyak buku digelar dan mudah diraih anak. Program dari pagi sampai sore mengalir deras. Menu makan 3 kali sehari yang membuat lidah bergoyang. Masa tidur siang selama hampir 2 jam adalah wajib. 

Ada 9 anak di dalam kelas yang berasal dari beragam latar belakang, agama, budaya, dan umur (0-3 tahun). Kebun TK yang luas dengan mainan modern yang lengkap pun digelar. Kurang apa?

Ada beberapa pertanyaan yang muncul dalam kasus Catleya ini.

  • Mengapa ia kurang cepat beradaptasi?
  • Hal-hal apa yang membuat dia tidak mau tinggal di TK seperti anak-anak lainnya?
  • Apa yang menyebabkan ia lebih senang berada di rumah bersama keluarganya?
  • Apakah benar, ia tipe introvert dan tidak mau bergaul dengan anak seusianya?
  • Apa gurunya kurang berkualitas?
  • Apa mainannya kurang menarik?
  • Apa yang menyebabkan dia berbeda dengan anak lain yang pada hari pertama masuk TK sudah betah, tidak rewel?
  • Bukankah TK sudah menerapkan model Berliner? Mengapa anak tidak juga betah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun