Kemarin ada pemberitahuan dari sekolah anak kami bahwa ada kasus corona terjadi. Kelas di mana anak yang positif terpapar virus Covid19, yakni kelas 5A dan 7B ditutup. Anak kami kelas 6C.
Tigabelas guru yang mengajar di kelas itu dirumahkan. Saya kurang jelas apa hanya 14 hari karantina di rumah atau harus dites swab satu-satu.
Kata anak saya, memang kelas-kelas tersebut ia pandang paling sembrono. Misalnya ada aturan nggak boleh bergerombol saat di luar ruangan, masih pada nekat. Diwajibkan pakai masker Ketika berada di luar ruangan, yang maskeran dagunya. Mulutnya tertutup tapi hidungnya kelihatan. Ya, gitu.
Anak saya yang ini paling nurut dibanding kakak-kakaknya. Makanya ia paling disiplin soal cuci tangan, pakai masker dan jaga jarak. Meskipun demikian, saya tetap khawatir karena kasus corona terjadi untuk kedua kalinya setelah beberapa bulan sebelumnya sudah ada anak kelas 5B yang terpapar. Berarti sekolah tempat anak saya itu punya resiko tinggi? Aduh, naaak.
Jerman zona merah!
Sebagai informasi, saat ini Jerman mengalami corona gelombang dua. Ini lebih parah dari sebelumnya karena tingkat kematiannya sudah melewati 1%. Padahal sebelumnya selalu di bawah 1%. Begitu pula dengan jumlah pasien per harinya 2 kali lipat dari corona gelombang 1. Jumlah keseluruhan dari yang terpapar adalah 316.000 orang. Bahkan Jerman sudah dikatakan sebagai zona merah di setiap negara bagian. Lha, mau liburan ke mana?
Jika dulu disarankan untuk berlibur di dalam negeri, bukan ke luar negeri supaya nggak nular-nular, ini di dalam negeri saja sudah tidak aman. Artinya, di rumah saja. Padahal sebentar lagi ada libur Herbst atau musim gugur selama seminggu. Nasib. Alamat ke hutan lagi.
Itulah sebabnya jika banyak orang tidak mengindahkan anjuran dari pemerintah supaya libur musim panas pada Juli-September di dalam negeri saja. Ternyata banyak yang pergi ke luar negeri dan pulang-pulang terkena virus atau bawa-bawa virus tapi nggak sakit. Tambah parah lagi karena pemerintah membiayai bea tes swab bagi mereka yang datang dari luar negeri (zona merah). Orang-orang pada protes. Ini gimana? Apa tidak tambah banyak yang piknik ke luar negeri, wong tes corona tidak bayar?
Bagaimana jika kelas kami akan ditutup?
Teman-teman, sejak September, saya sekolah lagi. Saya sudah cerita, ya, meskipun saya pernah jadi guru TK, pernah mengajar di universitas di tanah air dan mengajar lansia Jerman selama 6 tahun, tetap saja, saya tidak boleh mengajar di taman kanak-kanak.
Itulah sebabnya, saya mencari program beasiswa kerja mengajar di TK tapi dengan syarat, harus sekolah lagi selama 3 tahun. Untungnya dapat. Tuhan memang Maha Baik, pemberi rejeki. Alhamdulillah.