Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

7 Tahun Melamar di 7 TK, Akhirnya Bisa Magang di TK Jerman

5 April 2020   18:42 Diperbarui: 5 April 2020   18:50 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama anak-anak itu sesuatu (dok.Fetzer Aldingen)))

Kembali ke cerita PKL. Sebelum ke TK itu, saya memperkenalkan diri lewat email kepada kepala TK karena waktu telepon nggak ada yang angkat. Nggak disangka, kepala TK menelpon balik dan meminta saya untuk datang keesokan harinya, lengkap dengan membawa dokumen yang sudah saya kirim online. Saya ceritakan padanya bahwa setahun yang lalu saya sudah pernah melamar lewat kantor pusat tapi tidak diterima karena sertifikat belum diakui Jerman dan hanya diterjemahkan dan diketahui kedutaan Jerman di Jakarta saja.

Kesan Pertama Begitu Menggoda

Kalimat itu sering terngiang di telinga saya. Gara-garanya iklan deo yang mempesona. Dan itu terjadi pada saat saya datang ke taman kanak-kanak yang saya tuju.

Meski awalnya sudah telat 5 menit padahal saya sudah ekstra setengah jam sebelumnya berangkat dari rumah, yang artinya sebenarnya masih sisa 15 menit untuk menunggu di lobi. Di Jerman, terlambat itu pamali. Orang lebih suka datang lebih awal daripada terlambat. Sayangnya, saya yang salah sangka. Alamat TK nggak mudah ditemukan karena tidak ada di catatan navigasi. Daerah baru, belum masuk up date!

Untung saya segera menelpon kantor pusat di kota Muenchen. Operator memandu saya sampai depan TK. Yak, ketemu!

Di depan pintu utama, saya harus memencet tombol tempat tujuan. Karena bukan kelas-kelas TK yang akan saya kunjungi, saya tekan tulisan sekretariat. Seorang wanita berambut hitam nan panjang begitu energik membuka pintu. Ternyata beliau adalah kepala TK.

Ia mempersilakan saya untuk masuk dan duduk di kantornya. Ramah dan baik sekali. Ah, betul juga, ia orang Brasil yang besar di Jerman. Setelah sedikit perkenalan, ia mengantar saya dari satu ruangan ke ruangan yang lain. Ruang A untuk ganti popok, ruang B untuk masak, ruang C untuk guru-guru, ruang D untuk anak-anak umur 1-3 tahun, ruang E untuk anak-anak umur 3-6 tahun. Eh, bukankah saya belum teken kontrak?

Tak terasa sudah sejam saya di sana. Ia menanyakan kapan saya siap. Langsung saya jawab mantap kapan, dengan syarat saya hanya setengah hari karena separoh hari lainnya harus mengajar lansia.

"Kita belum pernah ketemu, tapi begitu saya buka pintu tadi, saya tahu saya suka Anda dan Anda akan saya terima di sini." Diarrrr. Suara merdu dari kepala sekolah berhidung mancung itu seperti membangunkan saya dari mimpi di siang bolong. Ah, saya jadi tahu. Inilah rencana Tuhan setelah perjalanan panjang yang melelahkan mencari TK mana yang mau menerima saya. Kami pun berpelukan tanpa cipika-cipiki, lalu berpisah.

Singkat cerita, hari pertama PKL juga tidak sesuai harapan. Jadwal masuk dimulai pukul 8 pagi tetapi tiba-tiba saya harus periksa karena kaki terkilir dari main ski masih terasa. Senang rasanya, ketika saya konfirmasikan, mereka mengijinkan bahwa saya akan datang terlambat.

Setiba di ruangan, anak-anak memandangi saya. Iya, selain saya orang baru, saya ini orang asing. Teriakan saya mengucap "guten morgen" hanya dibalas satu-dua anak. Padahal ada 19 anak. Saya merasa invisible, nggak dianggep dan entah pikiran apa lagi yang nano-nano di kepala. Sakitnya tuh, di siniiii .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun