"Wahhh...tempat kalian luas, kakinya bisa bebas." Suara saya melengking mengomentari tempat duduk anak-anak yang ada di seberang kami. Namun, sayangnya itu tak lama karena tiba-tiba seorang pramugari cantik menghampiri.
"Maaf, bapak, ibu dan juga anak-anak tidak boleh duduk di sini. Nanti akan saya bantu pindahkan ke tempat duduk lain."
"Lah, tadi petugas check in bagaimana sih, ngasih tempat duduknya salah." Saya ikut kaget, mata saya melotot, tapi tanpa menggigit bibir begitu mengamati dinding.
Di sana tertera "Exit -- Keluar" artinya, tempat duduk itu khusus bagi penumpang yang harus mampu membantu awak pesawat dalam evakuasi jika ada keadaan darurat.
Anak-anak masih di bawah umur 18 tahun, dan di bawah 160 cm, meskipun mereka olahragawati dari cabang renang, berkuda dan Rhnrad-senam bola Jerman, mereka itu dikategorikan "airline" sebagai orang yang belum mampu untuk mendapat hak dan tanggung jawab duduk di kursi tersebut.
"Kami boleh bertukar dengan anak-anak tempat duduknya?" Sigap suami saya usul dalam memecahkan masalah.
"Bapak ibu bersedia?" Pramugari harus meyakinkan keputusan kami. Penumpang yang tidak bersedia, tidak perlu menjelaskan alasan tidak mau menerima tugas dan tanggung jawab itu.
Kejadian itu sering kami lihat dalam perjalanan kami keliling Indonesia, dengan beragam maskapai. Nggak nyangka bahwa suatu hari kami mendapat giliran.
"Ya." Tegas kami menjawab.
"Silakan." Si mbak senang dan meninggalkan kami untuk mengurusi penumpang lain. Semua HP harus dimatikan! Kadang gemes melihat banyak penumpang yang kurang paham bahaya menggunakan HP saat pesawat take off dan landing.