Mohon tunggu...
Gabriella Angeline
Gabriella Angeline Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya memiliki hobi menyanyi, menari, main musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jalur Rempah di Indonesia

29 November 2022   08:35 Diperbarui: 29 November 2022   08:58 5216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Jalur rempah adalah sebutan yang disematkan pada jaringan niaga yang menghubungkan antara belahan barat dan timur dunia.[1] Sejarah perdagangan rempah-rempah menjadi pembawa kisah panjang yang bermula hanya ingin mendapatkan rempah hingga menghasilkan penemuan benua-benua baru dan juga berbagai pengetahuan. Tempat penanaman rempah yang semula terpencil dan tersembunyi dengan penjelajahan yang dilakukan tempat ini tidak lagi menjadi tempat rahasia. 

Para pedagang Eropa akhirnya menemukan lokasi penamanan rempah diseluruh wilayah nusantara. Penjajakan demi penjajakan mereka lakukan disetiap wilayah nusantara yang mereka temukan tanaman rempanya. Perjanjian dan kontrak pun dilakukan dengan raja-raja setempat untuk memonopoli komoditi ini.[2] Jadilah Eropa menguasai dan memonopoli perdagangan rempah ke seluruh dunia.

 Prasejarah

Wilayah Indonesia merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es, sekitar 10.000 tahun yang lalu. Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-fosil Homo erectus manusia Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis) di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan masih bertahannya Homo Erectus hingga masa Zaman Es berakhir. 

Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 60.000 sampai 70.000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia. Mereka, yang berfenotipe kulit gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk Papua) sekarang dan membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum). 

Gelombang pendatang berbahasa Austronesia dengan kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 4500 SM dari Cina Selatan melalui Formosa dan Filipina membawa kultur beliung persegi (kebudayaan Dongson). Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik. 

Kedatangan gelombang penduduk berciri Mongoloid ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa Tenggara. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik pertanian, termasuk bercocok tanam padi di sawah (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), beternak kerbau, pengolahan perunggu dan besi, teknik tenun ikat, praktik-praktik megalitikum, serta pemujaan roh-roh (animisme) serta benda-benda keramat (dinamisme). Pada abad pertama SM sudah terbentuk permukiman-permukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari India akibat hubungan perniagaan.[3]

 Jalur rempah adalah rute nenek moyang kita menjalin hubungan antarpulau, suku, bangsa, dengan membawa rempah sebagai nilai untuk membangun persahabatan yang membentuk asimilasi budaya dan diplomasi di setiap pesinggahan. Datangnya bangsa Austronesia ke Nusantara sekitar 4.500 tahun lalu dengan perahu menjadi awal pertukaran rempah dan komoditas lain antarpulau di Indonesia Timur. Budaya mereka inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya budaya bahari yang melayarkan rempah hingga ke Asia Selatan sampai Afrika Timur. Jejak kayu gaharu ditemukan di India. Cengkih dan kayu manis dari Indonesia timur sudah ada di Mesir dan Laut Merah. Nenek moyang kita juga membawa rempah ke Asia Tenggara, hingga ke Campa, Kamboja, sehingga terjadi persebaran budaya logam dari Dongson (Vietnam) hingga ke Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.[4]

 Persebaran Jalur Rempah

Jalur rempah erat kaitannya dengan Kerajaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia. Masuknya Hindu dan Buddha di nusantara dimulai pada awal masehi, melalui jalur perdagangan.  Jalur rempah menjadi penghubung antara India dan Tiongkok pada abad ke-2. Hal ini bermula karena para biarawan Tiongkok pergi belajar agama Buddha di Suvarnadvipa atau Sriwijaya dan di India. Mereka menggunakan kapal-kapal Nusantara untuk pergi ke sana.[5] Sehingga, terjadilah persebaran agama Hindu dan Buddha dari India. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun