Mohon tunggu...
Gabriela Diva Rachel Gunarvi
Gabriela Diva Rachel Gunarvi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Airlangga yang memiliki ketertarikan dengan isu perkembangan teknologi terbaru dan lingkungan hidup. Saya juga senang untuk melakukan kegiatan fotografi, musik, dan desain.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse

Konsultasi Virtual Otonomi Daerah (Kovi Otda) Berbasis Metasemesta Mulai Digagas Saat Ini, Apakah Hanya Bentuk "Penasaran" Pemerintah Indonesia?

25 Juni 2022   20:40 Diperbarui: 25 Juni 2022   20:43 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
       Sumber :https://www.kppod.org/berita/view?id=1098

                                                                            

Metasemesta (Metaverse) saat ini digadang-gadang akan menjadi pengganti dari internet yang saat ini kita gunakan. Adapun Metasemesta sejatinya adalah pengembangan dari Virtual Reality (VR). Melalui Metasemesta, kita akan merasakan dunia internet secara lebih nyata tanpa mengenal batas ruang dan waktu. Sehingga, berbagai perusahaan di dunia mulai berlomba-lomba dalam menarik pelanggan dengan konsep Metasemesta ini.                                                                                

Saat ini, Metasemesta lebih banyak dikembangkan untuk dunia hiburan. Umumnya, Metasemesta digunakan untuk gim. Tetapi, semakin berkembangnya inovasi, konsep ini mulai diterapkan ke industri yang lain. Seperti contoh, produk fesyen ternama Gucci, yang berkolaborasi dengan gim daring Roblox Bernama Gucci Town, di mana kita dapat membeli beberapa produk fesyen Gucci untuk Avatar Roblox kita menggunakan Non-Fungible Token (NFT).            

Namun, siapa sangka konsep Metasemesta mampu diadaptasi untuk keperluan politik dan birokrasi pemerintah? Tentu saja bisa. Pada tanggal 25 April 2022, Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia meluncurkan sebuah inovasi baru untuk keberlangsungan birokrasi di Indonesia. Aplikasi berbasis Metasemesta ini Bernama Konsultasi Virtual Otonomi Daerah yang disingkat sebagai Kovi Otda. Kovi Otda digagas sebagai suatu solusi dari berbagai kasus suap dan korupsi yang kerap terjadi di kalangan pemerintah daerah (Amin, 2022).  Sehingga, pejabat daerah akan bertemu langsung dengan siapa yang bersangkutan tanpa perantara yang memungkinkan terjadinya kasus suap.                                                                                                                 

Lantas, apa bedanya dengan hadirnya Google Meet, Zoom Meeting dan aplikasi lainnya? 

Secara sederhana, teknologi yang ada sekarang memang lebih memudahkan, namun lambat laun akan tertinggal dengan teknologi lain yang lebih canggih dan modern. Selain itu, Kovi Otda juga merupakan Langkah pemerintah Indonesia dalam menyambut Revolusi Industri 4.0 yang nantinya akan serba digital dan berbasis Metasemesta.

Apakah Pemerintah terlalu dini untuk menerapkan Metasemesta di Indonesia?

 Metasemesta adalah sebuah sistem yang sangat kompleks, maka untuk diterapkan di Indonesia kala ini terlampau dini. Mengingat keadaan teknologi di Indonesia belum sepenuhnya memadai dan merata di seluruh pelosok negeri. Namun, untuk mengkolaborasikan konsep Metasemesta dan prkatik birokrasi, bila dimulai sejak tahun ini, maka jawabannya adalah benar dan bukan bentuk "penasaran" pemerintah belaka. Sebab, dengan digagas sejak tahun ini, maka persiapan untuk kajian ulang, serta menyiapkan fitur-fitur yang lebih optimal.                                   

Meskipun Kovi Otda masih bersifat inovasi, namun sebagai masyarakat hal ini merupakan sebuah janji Pemerintah yang harus ditepati. Sebab, dengan glorifikasi bahwa Kovi Otda mampu sebagai jalan keluar dari permasalahan korupsi yang marak tejadi, sebagai bagian dari masyarakat saya sangat mendukung proyek ini. Namun, sambil mengupayakan Metasemesta, hendaknya teknologi di Indonesia juga turut diperbaiki. Sehingga, sebagai masyarakat kami pun nantinya tidak kaget dengan perubahan mendadak dari teknologi dari yang saat ini kami gunakan dan secara massif beralih ke Metasemesta yang belum tentu seluruh masyarakat paham.                                    

Salah satu kunci dari lahirnya negara maju saat ini adalah, Pemerintah serta penduduknya memiliki literasi digital yang cukup. Berliterasi digital bukan hanya berarti mengetahui. Tetapi juga paham akan penggunaanya bahkan bila mampu menciptakan teknologi yang baru. Sebab, literasi digital memiliki empat prinsip, yaitu pemahaman, saling ketergantungan, faktor sosial, dan kurasi menurut Yudha Pradana dalam bukunya yang bertajuk Atribusi Kewarganegaraan Digital dalam Literasi Digital (2018) (Putri2021).                                                                                         

Akhir kata, Kovi Otda merupakan projek besar dan baru bagi Pemerintah dan masyarakat. Sehingga kedua belah pihak harus bersinergi untuk sama-sama belajar. Sehingga, masyarakat tidak dibodohi begitu saja oleh pemerintah dan juga sebaliknya. Sebab, dalam pemerintahan demokrasi yang sehat dibutuhkan check and balances dari masyarakat sehingga pemerintah tidak berlaku  otoritarian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun