Mohon tunggu...
Irfani Zukhrufillah
Irfani Zukhrufillah Mohon Tunggu... Dosen - dosen

seorang ibu dua anak yang sedang belajar mendidik siswa tak berseragam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sungguh! Bukan Pelakor (Bukan Pelakor part 2)

2 Oktober 2017   12:19 Diperbarui: 2 Oktober 2017   12:54 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

16:15

ia mengajakku melihat hasil karyanya di proyek-proyek sebelumnya. bagaimana ia dan rekan setimnya bekerja sama dengan pos masing-masing. tidak jarang kami tertawa bersama. sekedar untuk menertawakan kenyataan pahit yang ada di dunia ini saat ini. tidak jarang pula kami nampak sama-sama serius akibat membiacarakan kemungkinan masuk akal hingga tidak masuk akal. semakin banyak ia berbicara semakin banyak pula diskusi jahat dalam pikiranku. saat itu juga aku mulai menyadari bahwa yang aku miliki di kantor saat ini banyak yang harus dibenahi. banyak yang harus memiliki pemikiran seperti dia. pemikiran seperti si lelaki merah marun. dan pemikiran lain pun mulai merasuk di dalamku. pikiran untuk membenamkan kejengahan kantor di dadanya. pikiran untuk bersandar di bahunya. sembari mencari solusi dari masalah yang ada. pikiran yang melayang-layang gila.

-jelas ada yang salah saat itu-

16.30

Aku mulai membayangkan berada begitu dekat dengan wajahnya. Berada tepat di bahunya dan membisikkan cerita lucu tentang anjing tetangga yang suka mengejar anak-anak kecil. Aku mulai membayangkan berada di dalam pangkuannya sambil berseloroh tentang janggutnya yang mulai panjang dan perlu dirapikan. Aku mulai memikirkan duduk sambil bersandar di dadanya dan mengelulh betapa boss ku begitu perfensionis namun tak pernah melihat aspek lain dari pemikirannya. Amu mulai memikirkan bagaimana ia menanggapi kisah-kisahku dari yang lucu hingga serius dengan porsi dan pendapat yang tepat. Pendapat yang tidak hanya membuatku bahagia saja tetapi juga memberi solusi. Pemikirannya jelas ku suka. Bahkan dapat ku sangkakan ia tidak hanya hebat di pekerjaan tetapi dalam hal pribadi juga. Ia nampak begitu solutif mengutarakan detail-detail pekerjaannya yang ku sangka juga akan begitu di luar hal pekerjaan.

Pikiranku begit liar. Sembari mendengarkannya terus menyampaikan presentasi aku pun masih sibuk berada di alam gila dengan pikiranku tentang bersama lelaki merah marun namun aku masih mampu mempertahankan kewarasanku dengan menyimak presentasinya yang memang bagus dan menarik.

-jelas ada yang salah saat itu-

16:45

Ku berikan applaus kecil atas akhir dari presentasinya. aku sedikit mengomentari beberapa hal yang tadi ia sampaikan tentang apa sebaiknya warna yang perlu dipakai dalam kampanye sampo ini dan beberapa hal remeh temen lain. Namun tentu saja aku tidak mengeluarkan sedikitpun angan-angan kegilaanku tentangnya. Yang benar saja, aku masih cukup waras untuk hal itu.

Ku jabat tangannya sambil mengucapkan terima kasih atas presentasi hebatnya. Jujur ku akui baru kali ini aku tidak sepenuhnya konsentrasi dalam meeting. Padahal ini bukan presentasi hebat pertama yang ku jalani. Tetapi kegilaanku nyatanya memikirkan si lelaki merah marun.

-jelas ada yang salah saat itu-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun