Mohon tunggu...
Nur Fitriyanti
Nur Fitriyanti Mohon Tunggu... -

Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Yuk, Donor! Tapi, Jangan Bohong!

6 April 2016   23:46 Diperbarui: 6 April 2016   23:57 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[Doc. Pribadi]

Beberapa hari yang lalu, salah satu UKM di kampus saya mengadakan kegiatan donor darah. Semenjak, posternya terpajang di mading saya sudah punya tekad untuk ikut kegiatan ini. Karena, dari dulu saya tidak pernah berhasil lolos untuk mengikuti donor darah. Selalu saja ada halangannya, kalau tidak karena sakit, karena tekanan darah saya rendah. Padahal, saya merasa sehat-sehat saja. Namun, ketika di tes sebelum donor ternyata fisik saya tidak benar-benar sehat.

            Oleh karena itu, begitu saya ingin ikut kegitan donor darah kali ini, saya menyiapkan diri saya dengan baik. Tidur malam cukup, sebelum berangkat kuliah saya sudah sarapan, dan yang pasti saya merasa sehat lahir batin. Selepas mata kuliah jam pertama, saya dan teman saya menuju ke tempat diadakannya kegiatan donor darah, Auditorium Kampus. Dengan tidak sabar kami menuju ke sana. Karena kebetulan teman saya juga senasib dengan saya, ingin donor darah tapi sudah tiga kali ditolak karena berat badannya tidak lebih dari 45 kg.

            Sesampainya di Auditorium, kami mengisi formulir bewarna biru sebagai orang yang baru pertama kali mau donor darah. Saya cukup terkejut, ternyata banyak mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini. Saya dan teman saya sampai harus antri menunggu panggilan. Selama menunggu giliran, kami berdua mengobrol dengan seseorang yang sudah pernah donor darah. Dia bilang, kalau mau donor itu yang penting kondisi hari ini sehat dan sudah sarapan. Saya bertanya pada teman saya itu, apa dia sudah sarapan atau belum. Teman saya bilang kalau dia sudah sarapan, katanya sarapan ala Belanda.

            Kemudian, begitu giliran kami dipanggil, saya diperiksa terlebih dahulu untuk mengetahui golongan darah saya. Teman saya mengantri di belakang saya. Setelah diperiksa, ternyata saya tidak bisa ikut mendonor karena hemoglobin saya tidak sampai 12,5 gram. Kecewa lagi saya. Padahal, saya ingin sekali mendonor. Apalagi orang-orang yang pernah mendonor cerita ke saya kalau setelah donor itu badan terasa enteng. Donor darah juga banyak manfaatnya bagi kesehatan.

            Saya mengira, teman saya tidak mungkin lolos tes pemeriksaan karena dia bilang berat badannya tidak lebih dari 45 kg. Ternyata, dia mengatakan ke petugas kalau berat badannya diatas 45 kg. Akhirnya dia bisa ikut mendonor, hemoglobin-nya diatas 12,5 gram. Saya jadi iri, kalau urusan hemoglobin ya saya tidak bisa bohong, tapi kalau berat badan cuma ditanyakan oleh petugasnya saja tanpa di cek ulang. Saya berpikir beruntungnya dia… bisa donor darah.

Akhirnya, saya menunggu teman saya selesai. Setelah itu, dia senyum ke arah saya. Saat itu saya berpikir, ternyata tidak masalah ya kalau berat badan tidak lebih dari 45 kg. Buktinya, setelah mendonor, teman saya ini baik-baik saja. Dia bilang, “Yang penting hari ini sehat,” begitu katanya.

            Karena penasaran, saya tanya, “Gimana rasanya?”

           “Hangat. Waktu diambil darah rasanya hangat,” jawabnya sambil tersenyum senang. Saya jadi tambah iri.

        Kami masih di Auditorium, saya menunggu teman saya istirahat sebentar. Karena, dia bilang badannya lemas. Sambil memperhatikan para petugas kesehatan, kami mengobrol. Tiba-tiba teman saya bilang kalau dia merasa pusing lalu dia pingsan. Saya dan dua teman yang lain menahan badannya yang sudah tidak sadarkan diri. Lalu, seorang petugas kesehatan menyuruh kami untuk memposisikan kedua kaki teman saya ini ke atas, disanggah kursi. Jujur, saya benar-benar panik karena takut dia kenapa-napa. Apalagi saya ingat kalau dia sebetulnya tidak memenuhi syarat pendonor darah, karena berat badannya tidak lebih dari 45 kg. Untungnya dia baik-baik saja, hanya harus istirahat penuh dan makan. Setelah itu, dia sudah segar lagi.

        Apa yang bisa diambil dari cerita ini? Pengalaman ini, membuat saya sadar kalau tidak sembarang orang bisa mendonorkan darahnya. Karena bisa saja akan membahayakan pendonor maupun yang menerima darahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun