Siapa yang tak tahu kisah Layla Majnun? Sebuah legenda cinta yang terus hidup dari generasi ke generasi. Tentang dua hati yang dipisahkan oleh dunia, tetapi disatukan dalam keabadian. Namun, pernahkah kita bertanya siapa yang merangkai kisah ini menjadi syair yang mengguncang jiwa? Dialah Nizami Ganjavi, sang maestro Persia abad ke-12 yang mengubah cerita rakyat sederhana menjadi mahakarya sastra yang tak lekang oleh waktu.
Nizami bukan sekadar pencerita. Ia adalah seorang penyair yang menggali kisah dari akar sejarah, menelaah makna di balik kata, dan merangkainya dalam bait-bait yang penuh perasaan. Ia lahir di Ganja (kini Azerbaijan) pada abad ke-12 dan dikenal sebagai salah satu penyair terbesar dalam tradisi sastra Persia. Karyanya, Khamsa (Lima Permata), termasuk Layla Majnun, menjadi warisan sastra yang tak ternilai.
Layla dan Majnun sudah dikenal dalam cerita lisan Arab sebelum abad ke-12. Namun, Nizami membawanya ke tingkat yang lebih tinggi. Ia tidak hanya menuturkan kisahnya, tetapi memperkaya dengan kedalaman psikologis dan nuansa spiritual. Ia menjadikan Majnun bukan sekadar pemuda yang tergila-gila pada Layla, tetapi seorang pecinta yang kehilangan dirinya dalam cinta yang lebih besar dari dunia itu sendiri.
Dalam setiap baitnya, Nizami tidak hanya menulis, tetapi melukis dengan kata-kata. Ia membuat pembacanya merasakan keindahan dan kepedihan sekaligus.
Lebih dari sekadar roman tragis, Layla Majnun adalah kisah pencarian makna. Majnun yang mengembara di padang pasir bukan hanya seorang pemuda yang kehilangan cintanya, tetapi seorang manusia yang mencari Tuhan. Layla adalah simbol keindahan Ilahi yang tak tersentuh. Kisah ini menjadi alegori perjalanan jiwa menuju hakikat cinta sejati.
Salah satu fragmen paling menggetarkan dalam buku ini adalah ketika Majnun, dalam keputusasaannya, menuliskan nama Layla di pasir berulang kali, hanya untuk melihatnya terhapus oleh angin. Ia berkata:
" ,
- .
,
.
,
, , ."
Nizami tidak hanya menulis kisah cinta yang menyentuh hati, tetapi juga menyusun alegori yang kaya akan nilai filosofis dan spiritual. Ia menulis dalam keadaan penuh kesendirian dan renungan, menyelami kedalaman cinta dan makna hidup. Tidak heran jika hingga kini, Layla Majnun tetap hidup dalam berbagai bentuk seni, dari puisi hingga film, dari Persia hingga dunia Barat.
Nizami Ganjavi telah memberi dunia kisah yang tak lekang oleh zaman.