Mohon tunggu...
Alvilatifahfina
Alvilatifahfina Mohon Tunggu... Guru - Senggang dalam hidup, adalah memahami kehidupan dengan lebih fasih.

Saya adalah seorang guru honorer, yang masih terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Manusia Pembelajar, Menjadi Pribadi Positif di Tengan Kesibukan Bekerja

11 Maret 2019   08:02 Diperbarui: 11 Maret 2019   08:08 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menjadi pribadi yang terus belajar, ketika diri kita tidak pernah mampu melawan waktu, menjadikan semua berubah. Secara fisik, zaman, keadaan kita tidak selalu sama. Menurutku, proses menjadi manusia yang lebih baik hanya akan terbentuk setelah melakukan banyak interaksi. 

Dulu aku tidak percaya, bahwa berinteraksi dengan manusia lainnya akan menjadikan kita pribadi yang lebih baik. Dulu sekali, Aku menentukan pilihan.

Jika, Aku bisa banyak mengambil waktu sendiri, untuk berkontemplasi dengan diriku sendiri. Memiliki banyak ruang dengan diri sendiri, mendiskusikan banyak hal dengan merenung. Hal itu akan lebih baik, hal itu menjadikan Aku bebas menjadi seutuhnya. 
Diriku. Terbebas dari aktivitas buang-buang waktu. Ternyata gagasan itu salah. Semakin kesini Aku menyadari, itu hanya egois semata. Untuk memenuhi keinginanku sendiri, untuk lari dari tugas-tugasku sebagai manusia yang butuh melakukan interaksi. Selama ini ternyata yang lebih sering kulakukan adalah berlari, melindungi gadis kecil yang selama ini tinggal dan merasa selalu membutuhkan perlindungan.     
    Belakangan, interaksi dengan manusia lain lebih banyak Aku lakukan ketika sudah tidak lagi bersekolah. Ketika Aku sudah bekerja begini, banyaknya pekerjaan yang menggelayut dipundak minta untuk diselesaikan. Menjadi seorang guru, dan  harus menyelesaikan banyak hal, dari mengidentifikasi cara mengajar, tipe murid yang Akuhadapi, kiat-kiat membuat murid-murid tetap nyaman dalam belajar, berhadapan dengan tuntutan ulangan harian yang harus dilaksanakan empat kali selama satu semester, menyiapkan UTS, menyiapkan PAS, dan banyak lainnya. 
Awal sekali, Aku sangat marah dengan pekerjaan-pekerjaan ini dan merasa tidak cukup sabar menghadapinya. Akhirnya yang Aku dapatkan setiap hari hanyalah keluhan-keluhan diri sendiri, emosi membuat Aku kelelahan lahir batin. Aku tidak menyukai tugas-tugas ini, rasanya tidak bisa menikmati hidup. Nafasku sesak.                Suatu saat, Aku memperhatikan abangku. Aku pikir Dia memiliki pekerjaan yang lebih berat dari tanggunganku. Abang mengabdikan hidupnya untuk menghafal al-Qur'an, mengajar tahfidz seminggu dua kali, kemudian mengambil bimbel dengan jumlah lima anak asuhan dengan waktu yang berbeda-beda. 
Dan bingungku  berterbangan, bagaimana Abang bisa tenang-tenang saja menghadapi realitas seperti itu? Aku tidak pernah bertanya, mengapa Abang jadi begitu kuat? Hanya ketika mulutku sudah mulai bercerita pekerjaan dan segudang keluhan yang kedudukannya menyamai sumpah serapah. Mulailah Abang menasehati, agar aku bisa menemukan kebahagiaanku sendiri (entah aku kurang paham maksudnya), agar aku bisa menikmati hidupku, dan mensyukuri keadaan yang kupunya. Mungkinkah kejenuhan, keluhanku berasal dari Aku yang tidak pandai bersyukur? Apakah bisa disamakan kejenuhan pekerjaan sebagai bentuk ketidak syukuran?    
     Keluhan-keluhanku akhirnya menggantung, tidak terselesaikan. Masih membutuhkan jawaban lebih. Benar memang, ilham dari Tuhan akan datang selama kita merasa persoalan yang sedang dihadapi terus kita ikhtiarkan jawabannya. Begitulah yang kurasakan, pikiran-pikiran negativ dan kelelahanku terbayar dengan jawaban sederhana. 
Sebuah status dari sahabat YTT (Yang Tak Tergantikan), terpajang besar-besar"Semua hal memang tergantung yang menjalaninya, apakah akan lebih banyak mengeluh atas segala aktivitasnya yang dilakukannya atau justru akan bersyukur karna masih diberi kesehatan sehingga mampu menyelesaikan segala aktivitas yang dijalaninya" (dari Teteh Ida). Dari sini saya menemukan jawaban kekeruhan hidupku, bahwasannya untuk menjadi pribadi yang baik itu pertama kali yang harus dilakukan adalah berpikir positif. 
Sesulit apapun kesulitan, semengerikan apapun keadaan yang sedang dihadapi. Pertama kali, kita harus rileks cobalah melawan ketakutan dengan terus berusaha berpikir positiv.  Dengan begitu kita akan terus mencoba, dan mengambil hikhmah dari segala aktivitas. Beda jika kita berpikiran sempit, mengeluh, negativ, kita tidak akan melihat kebaikan. Abang pernah menasehati, "Jika kita dihadapkan dengan kesulitan, sebenarnya satu langkah lagi kita bakal dinaikkan level hidupnya".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun