Mohon tunggu...
EF Fauziyah
EF Fauziyah Mohon Tunggu... Lainnya - blogger

#kisahpeneliti #kisahfiksi #tentangrasa #duniapns #maniakkorea

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Skripsi Mediasi Jati Diri

2 Juni 2013   21:04 Diperbarui: 31 Oktober 2018   10:05 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


 

Dunia kampus merupakan tempat yang menyenangkan sekaligus menegangkan bagi kehidupan seseorang. Menyenangkan bila kita mampu mengoptimalkan kesempatan, menambah wawasan, memperluas link dan kerabat serta menjadikan peluang untuk maju di masa depan. Namun akan terasa menegangkan karena persaingan mulai terasa, individualisme tidak terhindarkan, dan kemandirian sangatlah dibutuhkan.

Jadi bila ditanya akan lulus kapan, tentu jawaban setiap mahasiswa pasti ingin lulus cepat dan tepat. Namun kenyataan tidaklah begitu, terutama dalam menyusun skripsi. Ada yang kuliahnya cepat sesuai paket yang ditentukan, tapi mengerjakan skripsinya lama. Ada yang kuliahnya tertatih-tatih dan banyak ngulang, taapi skripsinya cepat. Jadi bisa dibilang, penentuan hidup sesungguhnya seorang mahasiswa itu ada dalam skripsi.

Bagi saya skripsi merupakan tempat mediasi untuk mencari jati diri. Dalam prosesnya menentukan judul skripsi bukan perkara mudah. Perlu alasan-alasan ilmiah, ketertarikan, belum lagi memadukannya dengan isu terhangat masa kini. Sama seperti jalan hidup, sulit untuk menemukan tujuan hidup yang pas, mau jadi apa, kerja dimana, hidup seperti apa. Dan proses hidup yang panjang bisa dianalogikan dalam skripsi.

Belum lagi kegagalan dalam menentukan judul, sering mahasiswa yang menangis dan bingung ketika judul yang mereka ajukan ditolak mentah-mentah oleh pembimbing. Sakit memang, namun meratap bukan jalan satu-satunya. Setelah susah menemukan judul, judul ditolak, jatuh, maka bersedihlah dan merenunglah untuk memulai prosesnya kembali. Hati dan pikiran memang perlu diistirahatkan, mengenang apa yang sudah terjadi. Ada proses kontemplasi dimana otak dan hati bercengkrama dalam satu keheningan jiwa. Yang pada akhirnya akan melahirkan jalan keluar, solusi untuk menemukan judul skripsi kembali.

Yang sulit itu memang menemukan judul, menentukan objek materi dan teori yang pas untuk membedah masalah. Benar jika ada pepatah yang mengatakan, yang paling sulit itu adalah memulai sesuatu. Begitupun dengan skripsi, banyak mahasiswa yang harusnya 4 - 4,5 tahun sudah lulus tapi setelah 6 tahun baru lulus. Ada lagi masalah utama dalam pengerjaan skripsi, yaitu mengumpulkan semangat dan membangun mood yang pas. Jika tidak pintar mengatur emosi dan mood, yanga da kita akan terjebak kemalasan dalam mengerjakannya. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membangun mood yang baik untuk menyusun skripsi. Hal pertama yang bisa dilakukan yaitu rapihkan kamar atau tempat kita akan menyusun skripsi, tata sebaik mungkin. Lingkungan yang nyaman akan menghasilkan energi positif. Yang kedua, banyak minum air putih, keseimbangan cairan dalam tubuh juga mempengaruhi konstentrasi dan mood. Ketiga, hindari makanan gorengan, pedas dan banyak garam. Itu bisa memicu stres dan emosi fluktuatif. Usahakan banyak makan sayuran, buah-buahan dan dark chocolate untuk selingan. Keempat, jika sudah bad mood, coba refreshing keluar rumah cari angin segar, berjalan kaki di pantai, bersantai di pinggir danau atau naik gunung bisa menyegarkan pikiran. Dan yang penting, banyak baca dan berdoa; tidak hanya raga, jiwa juga membutuhkan asupan ketenangan.

Dalam proses penyusunannya, tidak jarang mahasiswa dihadapkan pada penelitian lapangan. Yang mengharuskan kita terjun langsung di masyarakat dan menangani masalah sendiri. Skripsi ibaratnya merupakan ujian individu terbesar yang harus dilalui mahasiswa. Di masa-masa transisi mencari jati diri, skripsi merupakan ladang mediasi sebagai jembatan antara dunia kampus dan dunia real di luar sana.

 

Jatinangor 13 Januari 2013

 ****


Tulisan ini tercipta ketika momen merenung saya yang berkepanjangan, memikirkan hubungan saya dengan skripsi. Saat itu kita sama-sama egois dan berdiri dengan pendapat masing-masing. Sekarang setelah saya mencoba mendekatinya dan kita saling memahami, kini kami mulai bersahabat, berjalan beriringan, saling membantu dan yang terpenting adalah supaya saya tidak hanya menghasilkan sebuah tumpukan kertas bernama skripsi. Saya ingin sesuatu hal yang lebih dari itu, lebih hidup lebih bermakna. Yang akan saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta, untuk keluarga, sahabat dan guru-guru yang hebat.Sekali lagi proses alam memang tidak bisa dihindari, dan skripsi hadir memenuhi kewajibannya menuntun saya menuju toga spesial di hari wisuda. Namun ia juga menjelma menjadi sosok arif sebagai asesor pencarian jati diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun