Mohon tunggu...
Fuat Arifiyanto
Fuat Arifiyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Pelajar asal Magelang, Jawa Tengah yang melanjutkan studi di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merti Dusun: Sarana Penanaman Kembali Nilai Islam Melalui Media Wayang

22 Desember 2022   05:30 Diperbarui: 22 Desember 2022   05:28 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk "Bima Suci" di Dusun Kacetan, Desa Ngargosoko Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (dokpri)

Merti Dusun merupakan tradisi turun-temurun dari orang-orang terdahulu. Merti Dusun disebut juga Bersih Desa yang diartikan sebagai ungkapan syukur terhadap anugerah yang Allah berikan kepada masyarakat. Tradisi Merti Dusun biasa dilaksanakan dengan bersih-bersih desa dilanjutkan do'a bersama dan acara lain.

Seperti biasa, pada acara Merti Dusun yang dilaksanakan tanggal 21 Desember 2022, dusun kacetan, desa Ngargosoko, kecamatan Kaliangkrik, kabupaten Magelang menyelenggarakan Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pada Pagelaran Wayang tahun ini, Kadus dusun Kacetan menjadikan acara tersebut sebagai sarana untuk menanamkan kembali nilai-nilai Islam yang belakangan ini mulai luntur. Banyak dari warga yang sudah tidak sejalan dengan perintah agama seperti mabuk, main judi, memberikan sesaaji pada mata air, dan lain-lain.

Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk dimeriahkan oleh dalang Ki Anom Teguh dari Bantul, Yogyakarta. Ki Anom Teguh sendiri merupakan dalang muda sekaligus pendakwah dan pengajar di pondok pesantren di Bantul. Penguasaan panggung dalam menarik simpati penonton dan penyampaian misi dari Kadus dusun Kacetan sudah tidak diragukan lagi.

wiyaga dan penonton(dokpri)
wiyaga dan penonton(dokpri)

Pagelaran Wayang Kulit berlangsung di halaman rumah Kadus dusun Kacetan sejak pukul 20.00 WIB hingga menjelang Subuh. Lakon (cerita) yang diangkat pada pagelaran itu adalah Bima Suci.

"Saya diberikan kebebasan dalam menentukan lakon, jadi saya pilih Bima Suci", ungkap Teguh. Pemilihan cerita tersebut dinilai sangat sesuai dengan situasi yang terjadi. Lakon Bima Suci menceritakan perjalanan sang Bima menuju tuhannya dan mendapat kesempurnaan dalam hidup.

Acara tersebut berjalan dengan lancar. Warga sangat antusias untuk menonton pagelaran yang sudah menjadi tradisi itu. Pria wanita, tua muda hadir dalam acara tersebut. Hadir pada acara tersebut Lurah Ngargosoko dan Kadus dari dusun Pungangan, Pengarengan, dan Munggangsari.

Ngatman berharap acara tersebut sukses merealisasikan misi awal untuk menanamkan nilai-nilai Islam yang sudah luntur. "Kami sudah ikhtiar, harapannya sukses seperti misi awal. Eventnya pas, anak muda sini suka wayang apalagi orang tua. Tapi juga kami kembalikan ke pribadi masing-masing". Terakhir, Ngatman menyampaikan bahwa kesuksesan acara ini menjadi kebahagiaan tersendiri terutama bagi dirinya sebagai seorang tokoh utama di dusun Kacetan.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun