Mohon tunggu...
Ahmad Fuad Afdhal
Ahmad Fuad Afdhal Mohon Tunggu... Dosen - Ph.D.

Pengamat isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala Dunia 2018, Hentikan Permainan Kasar

26 Juni 2018   15:26 Diperbarui: 26 Juni 2018   15:37 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kehebatan Maradona telah mengundang bek-bek lawan di satu sisi ketar ketir dengan kehebatannya tapi di sisi lain membuat setiap bek mempersiapkan diri untuk mentekel dan menjatuhkannya. 

Tidak mudah untuk melakukannya. Namun Maradona ternyata mengalami nasib sial ketika Maradona membela tim Barcelona bertanding melawan Atletic Bilbao. Bek Bilbao yang bernama Andoni Goikoetxea yang bukan hanya mentekel dan menjatuhkan Maradona juga mematahkan kaki Maradona. Dunia gempar dan mengutuk Andoni. Tinggal Maradona terkapar di rumah sakit selama tiga bulan.

Kejadian pada September 1983 ternyata berulang terhadap Maradona. Juga dilakukan oleh Andoni. Momen yang kedua terjadi ketika final Copa del Rey  1984 di stadion Santiago Berbabeu. Pertandingan antara Barcelona vs Atletico Bilbao terhenti ketika Maradona ditekel kembali oleh Andoni, namun saat kemudian marah dan emosi. Kemudian terjadi perkelahian antara Maradona dengan beberapa pemain Atletic Bilbao. Padahal kejadian ini di depan Raja Spanyol Juan Carlos. Buntut dari kericuhan ini Maradona ditransfer ke Napoli dengan biaya 6.9 juta poundsterling yang saat itu rekor dunia.

Permainan kasar bukan hanya mencederai lawan sehingga lawan terpaksa meninggalkan lapangan. Lebih dari itu, permainan kasar akan merusak sepakbola sebagai tontonan, hiburan, dan rekreasi. Apalagi di antara penonton juga terdapat anak-anak. Permainan kasar akan menimbulkan persepsi negatif di antara anak-anak.

Italia dengan Cattenaccio:

Sistem Cattenaccio atau sistem pertahanan grendel atau berantai, piomirnya adalah Nereo Rocco dari klub Padva. Belakangan pada  awal tahun 1960an Inter Milan menggunakan sistem pertahanan ini. Dengan formasi 1-3-3-3 jelas pertahanan yang diutamakan. Sebetulnya klub Triestina sudah mengimplementasi sistem pertahanan pada 1947. Bahkan Triestina mengejutkan semua penggemar sepakbola di Italia ketika menjadi rutan kedua di Seri A. Variasi formasi adalah 1-4-4-1  dan 1-4-3-2.

Intinya dengan Cattenaccio ditemukan sistem dengan memasang satu orang pemain sebagai libero tau sweeper di belakang tiga orang bek. Peran sweeper adalah menerima setiap bola yang lepas dari tiga bek, sekaligus menggagalkan serangan penyerang musuh. Kalau perlu striker musuh ditempel oleh dua pemain. Hal penting lain adalah dilakukannya counter-attack dengan umpan panjang  dari pemain-pemain lini pertahanan.

Bagaimanapun sistem pertahanan grendel bukan permainan yang berciri kasar. Tekanannya pada sistem ini adalah pada pertahanan, melakukan serangan balik, dan permainannya cenderung keras.   Dengan permainan keras dilakukan untuk mematikan gerakan striker lawan sekaligus merebut bola atau melakukan tekel. Dengan sistem pertahanan seperti ini memang permainan sepakbola tidak indah lagi. Kalaupun menarik adalah ketika bek melakukan operan dan umpan panjang ke penyerang. Dengan begini pertahanan yang siap cenderung kebobolan.

Pada skuad Itali yang memenangkan  Piala Dunia 1982 di Spanyol, tim Italia mempunyai lima orang pemain yang sangat mahir dalam sistem grendel. Mereka adalah  Gaetano Scirea, Claudio Gentile, Fulvio Colloati, Giuseppe Bergomi, dan Antonio Cabrini. Kelima lini belakang tim Italia sangat dikenal,. Penyebabnya adalah karena mereka bermain lugas, sehingga para striker lawan tidak mudah untuk melewati mereka.

Bergomi dan kawan-kawan memang sangat piawai dalam menerapkan sistem pertahanan grendel. Mereka sangat menjiwai falsafah dari pertahanan grendel ini. Tidak heran jika Italia bisa menjadi juara Dunia pada tahun 1982 di Spanyol. Di final  Bergomi dan kawan-kawan mengalahkan Paul Breitner dan teman-temannya dengan 3-1. 

Ketiga gol Italia dicetak oleh Paolo Rossi, Marco Tardelli, dan Alessandro  Altobelli. Sedamgkan Paul Breitner berhasil mencetak gol satu-satunya bagi Jerman Barat. Sebelumnya kuat Brazil debfab Socrates dan kawan-kawannya kalah 2-3 dari Italia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun