Berkompasiana adalah sebuah kelegaan, solusi kesehatan manjur!
Memiliki blog pribadi adalah sebuah keistimewaan, apalagi tergabung kedalam sebuah platform yang sudah memiliki nama seperti Kompasiana..hmm sebuah kebanggaan. Saya belum lama menjadi member  Kompasiana. Dibanding dengan ribuan member kompasiana, masa keanggotaan saya tidak ada apa apanya.  Walau bukan pemain lama, tapi untuk sekian waktu ini saya merasakan ada sebuah kekhususan yang bisa saya bagikan.
Dengan berkompasiana saya merasa lebih sehat, sehat yang saya definisikan sendiri..kira kira berikut ulasan kesehatan saya dengan berkompasiana:
Berkompasiana adalah menguji motivasi
Dengan berkompasiana, menolong  saya sehat secara mental. Apa pasal? Saya senang mengikuti blog competition yang diadakan di platform ini. Topik topik yang menantang membuat saya menulis dengan lebih fokus tapi juga sekaligus membongkar motivasi menulis yang saya miliki. Saya memaknai sehat secara mental dengan  terujinya  mental saat kalah atau tulisan tidak di "highlight" sama sekali oleh redaksi.Â
Dalam mengikuti blog competition saya benar benar merasakan kualitas mental saya teruji saat menemukan nama saya tidak ada di deretan pemenang (bagi kompasioner lain mungkin hal ini biasa saja, tapi saya tidak menyadari ternyata ego saya sangat teruji saat berkompetisi).Â
Kerendahan hati sangat teruji dengan membaca baik baik karya sang pemenang dan kala membandingkan, Â saya pun menemukan titik titik kelemahan tulisan saya. Kerendahan hati ini modal yang kuat untuk kembali berpikir apa motivasi saya menulis. Kalau uang dan nama tenar adalah tujuan saya, sangat disayangkan sekali..saya akan mundur atau berhenti sama sekali menulis atau mencoba kompetisi selanjutnya.
Tolstoy menginspirasi. Tokoh unik ini mengajarkan ketekunan dalam berekspresi. Tulisan tulisannya dan ketenarannya di dunia sastra telah mempengaruhi pemerintah Rusia di abad ke 19 dalam menghapus perbudakan. Isi hatinya agar pemerintah jangan RASIS terhadap anak anak budak tertuang dalam karya karyanya. Kecintaan tokoh nyentrik ini pada anak anak dapat kita telusuri melalui tulisan tulisannya yang gampang di cari di dunia maya. Kepeduliannya yang sangat akan kemiskinan tertuang jelas dari cerita yang ditulisnya.
Ya..ini sangat menginspirasi. Blog competition di platform Kompasiana boleh sebagai motivasi tapi menang bukan tujuan satu satunya, jadi "headline" atau "highlight" bukanlah standard  motivasi maju mundurnya menulis tapi belajar menulis  dan terus belajar menulis agar lebih baik sehingga bisa menuangkan ide ide lebih konkret dan tajam adalah sebuah harapan besar. Saya bermimpi kelak bisa seperti Tolstoy dengan tulisannya mampu mempengaruhi sesuatu di sekitar saya.
Menulis adalah sebuah kesukaan saya yang sudah terdeteksi sejak usia SMP. Pada saat itu teman satu bangku menjadi konsumen setia, sahabat bernama Candra ini (by the way dimana dia saat ini?) dalam waktu berkala dia akan bertanya "Hei..ada cerpen baru?" dan dia akan dengan serius membaca setiap cerpen baru yang saya tulis, dan komentarnya  "wah..enak ceritanya"  sudah cukup membuat hidung saya akan kembang kempis ..ya  memang itu doang cara dia mengapresiasi.. pada waktu itu tentu tidak mengenal laptop, komputer atau mesin tik, hanya ditulis di buku tulis biasa isi 12 lembar dengan tulis tangan.
Pernahkah saya mencoba mengirimkan tulisan itu ke majalah remaja yang beken pada waktu itu? Gak pernah!...pernahkah ada niat untuk melombakan tulisan itu? Juga gak pernah terlintas dipikiran..karena tujuan menulis pada waktu itu hanya kesenangan pribadi saja, isi otak tersalur. Tujuan murni ini ingin sekali untuk terus bertahan. Ini yang membuat ada rasa enggan atau ogah ikut blog competition produk tertentu, kalau ada syaratnya  "Kompasioner harus upload foto sedang menggunakan produk tersebut", enggan kalau produknya sebenarnya gak pernah dipakai..he..he
