Untuk versi podcast bisa didengarkan disiniÂ
Perkembangan jurnalisme online dimulai dari Mark Drudge yang membeberkan cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica Lewinsky atau yang sering disebut "Monicagate" pada 19 Januari 1998. Lalu jurnalisme online semakin berkembang seiring dengan bertambahnya perubahan media berita. Pada kesempatan kali ini kita akan sama-sama membahas mengenai sejarah singkat jurnalisme di Amerika Serikat, lalu membahas mengenai studi kasus jurnalisme yang terjadi di Inggris.
Sejarah Singkat Jurnalisme di Amerika Serikat
Pada saat itu, Mark Drudge berbekal sebuah laptop dan modem. Lalu menyiarkan berita tentang "Monicagate" melalui internet (Nurrahmi & Fitri, 2021, h. 26). Semua orang yang mengakses internet segera mengetahui detail berita dari "Monicagate" tersebut. Dari fakta tersebut, sebetulnya bisa kita refleksikan bahwa sejarah jurnalisme online pada awalnya seolah-olah bukan jurnalisme. Jonathan Dube (wartawan jurnalisme online) bahkan berkata bahwa jurnalisme online tidak seseru jurnalisme biasa.
Ini sangat masuk akal. Karena orang-orang yang tidak memiliki keterampilan jurnalistik memadai pun bisa dengan mudah mengutarakan isi pikirannya melalui jurnalisme online. Kemudian pada pertengahan tahun 1990-an, The Annenberg Washington Program in Communication Policy Studies of Northwestern University membuat proyeksi tentang "Perubahan Media Berita" yang berhasil mengubah perkembangan jurnalisme ke arah penggunaan multimedia (Widodo, 2020, h. 31).Â
Dari situ kemudian lahir penggabungan media layanan digital inc dari Washington Post serta gabungan antara televisi dan komputer pada CNN Headline News. Integrasi media lalu semakin berkembang antara media siaran, media cetak, dan jurnalisme online. Sampai pada akhirnya pasar media cetak dan TV meningkat pada tahun 2000-an.
Jurnalisme Multimedia di Inggris
Seorang jurnalis foto harian Inggris bernama Dan Chung pernah menyatakan bahwa "foto jurnalistik telah mati". Dengan adanya teknologi kamera DSLR yang dilengkapi fitur perekam video, internet serta web, mengharuskan jurnalis foto mulai mengerjakan proyek-proyek video dokumenter, disamping still photojournalism (Kurniawati, 2013, h. 1).Â
Internet dan web menyediakan ruang tak terbatas bagi media massa. Internet memungkinkan media memuat bentuk presentasi berita baru, lebih dari foto jurnalistik murni. Karena internet dan web, still photojournalism tidak lagi menjadi elemen yang berdiri sendiri dan mengganti titel jurnalis foto menjadi jurnalis multimedia. Produk media yang dihasilkan disebut jurnalisme multimedia.
Istilah jurnalisme multimedia sendiri sebetulnya pertama kali didengar saat gempa bumi melanda Bhuj, sebuah kota di utara India pada tahun 2001. Ketika media-media lain hanya menayangkan still photojournalism, Associated Press mengemas pemberitaan bencana ini dalam bentuk audio-photo slide show. Sejak saat itu, media-media terkemuka telah memberi bagian untuk jurnalisme multimedia yang semakin canggih dalam konten online-nya.Â