Mohon tunggu...
Film

"3 Dara", Mengusung Isu Gender yang Berbeda

18 November 2018   11:24 Diperbarui: 18 November 2018   16:04 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


3 Dara, hal apa yang pertama kali terlintas di fikiran kalian ketika mendengar kata ini? Menurut KBBI kata Dara sendiri memiliki arti yang sama dengan perempuan. Mendengar kata 3 Dara tentunya membuat kalian berfikir bahwa nantinya film ini akan menceritakan tentang 3 perempuan. Sayangnya apa yang ada difikiran kalian kali ini salah, film berjudul 3 Dara yang disuradarai oleh Ardy Oktaviand ini menyuguhkan cerita tentang 3 sahabat laki-laki. Film dengan durasi pendek dibawah 90 menit ini diproduksi oleh MNC Pictures dan tayang pada tahun 2015 silam.

Film 3 Dara menceritakan 3 sahabat laki-laki yaitu Affandi (Tora Sudiro), Jay (Adipati Doken) dan Richard (Tanta Ginting) yang merupakan laki - laki womanizer sebutan bagi mereka yang tidak menghargai perempuan. Masing - masing tokoh lelaki dalam film ini memiliki karakter womanizer yang berbeda. Affandi sendiri merupakan lelaki yang sudah memiliki istri dan satu anak perempuan, namun hal ini tidak membuatnya lantas menghargai perempuan. Ia justru menjadi lelaki yang bertindak semena mena kepada istrinya dan juga para pegawai perempuan di kantornya. 

Berbeda dengan karakter Jay yang merupakan seorang graphic designer dengan spesialisasi mengeksploitasi tubuh perempuan, Jay juga takut untuk berkomitmen dengan Grace pacarnya. Beralih ke Richard, ia merupakan lelaki dari keluarga kaya yang tidak setia kepada pacarnya Tiffany. Kemanapun Richard pergi selalu ada wanita - wanita cantik yang mengikuti. Suatu saat perilaku 3 sahabat ini berubah setelah mereka menggoda pelayan bar perempuan bernama Mel (Ayushita).

Terlepas dari teknik sinematografi dan berbagai kekurangan maupun kelebihan dari film ini. 3 Dara menyisipkan isu gender yang sangat menarik di setiap adegan yang ada. Menyuguhkan karakter gender bender (seseorang yang berpakaian dan berperilaku seperti anggota lawan jenis) yang divisualisasikan melalui tindakan yang dilakukan Affandi, Jay dan Richard membuat sisi maskulinitas mereka berkurang. 

Hal ini ditunjukkan melalui kebiasaan Affandi yang suka menggunakan lip balm pada setiap kegiatan, Richard yang takut gendut kemudian disusul dengan adegan 3 sahabat ini menyanyikan lagu raisa dengan gaya yang 'kemayu'. Walaupun pakaian yang mereka kenakan pada film ini tetap menunjukkan diri mereka sebagai lelaki. Namun krisis identitas atau sisi maskulinitas mereka yang berkurang juga ditunjukkan melalui pemilihan warna baju dan warna cafe langganan mereka yang sedikit feminim dengan warna - warna pastel.

Selain mengangkat isu gender bender, film ini juga mengangkat isu patriarki yaitu posisi laki-laki yang lebih tinggi derajatnya daripada posisi perempuan. Sebelum 3 sahabat ini megira bahwa diri mereka dikutuk oleh pelayan bar bernama Mel. Mereka melakukan tindakan - tindakan yang menunjukkan pratiarki. Seperti adegan Affandi yang memukul pantat istrinya setelah selesai menyiapkan makanan di meja makan. Kemudian pekerjaan Jay sebagai spesialis mengeksploitasi tubuh wanita disetiap desainnya. Menunjukkan posisi wanita yang sering hanya digunakan sebagai objek pemuas pandangan lelaki. Richard sendiri memiliki sifat yang tidak setia dan tidak memiliki komitmen terhadap pasangannya, wanita ditampilkan bisa dengan mudah ia dapatkan dengan posisinya sebagai laki - laki yang kaya.

Semakin lengkap film ini juga mengangkat isu feminism, di bagian akhir cerita. Menyetarakan posisi laki - laki dan perempuan dengan adegan yang sederhana. Affandi menunjukkan hal ini melalui adegan dirinya tidak lagi memukul pantat istrinya dan menggantinya dengan ucapan terima kasih. Bahkan ia juga melayani istrinya dengan mengambilkan makanan ketika berada di meja makan. 

Hal ini ditunjukkan juga melalui dialog Affandi ketika istrinya hendak kabur dari rumah, ia mengatakan bahwa dirinya membutuhkan istrinya yang merupakan bagian dari hidupnya. Selain itu anak Affandi juga menunjukkan karakter feminism, mulai dari pilihannya untuk hidup independen tanpa bergantung pada keluarga. Kemudian keberaniannya melakukan PDKT duluan terhadap lelaki yang ia sukai dan juga adegan ia duduk berdampingan dengan Affandi ketika membaca koran di pagi hari diiringi dengan kentut secara bersamaan. Richardpun memilih untuk berkomitmen dengan satu perempuan dan Jay memillih untuk menikahi pacarnya yang bernama Grace.

Secara keseluruhan film 3 Dara ini dinilai sangat menarik jika dilihat melalui isu gender yang diangkat. 3 Dara berbeda dengan film yang memilliki isu gender atau feminism lainnya. Film ini mengemas pesan menyamakan derajat antara perempuan dan laki - laki melalui adegan sederhana yang bahkan dikemas dengan balutan komedi. Tidak melulu meyuarakan atau menceritakan perempuan yang memperjuangkan derajat dan haknya sendirian. Film ini menunjukkan sudut pandang lain bahwa lelaki juga harus ikut terjun secara langsung untuk merealisasikan hak perempuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun