Mohon tunggu...
SUYADIHS
SUYADIHS Mohon Tunggu... Penulis - Fungsikan Payung Hukum

Tegakkan Hukum Meskipun Gunung2 Mau Terbang Dan Qiyamat Hampir Datang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kehadiran Syekh Habib Rizieq

10 Desember 2020   20:19 Diperbarui: 10 Desember 2020   21:37 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kehadiran  Syeikh Habib Riziq

Mengapa kehadarianya mengundang pro dan kontra, faktanya  ada yang senang namun ada yang menentang. Mungkin perlu interofeksi terhadap sepak terjangnya dan teknis dalam berdakwah, begitu juga pihak eksekutif dan kepolisian perlu adanya tindakan yang bijak terhadap Habib dan pengikutnya. Kalau pihak pemerintah ingin menghabisi habib cs. dan pengikutnya tentu tidak mungkin. begitu juga jika habib dan mengikutnya mau melawan pemerintah juga tak akan bisa menang. jikalau memang niat awal habib dan pengikutnya mau berdakwah, menurut hemat kami perlu meneladani wali songo yang telah sukses dalam berdakwahnya. Wali 9 dalam berdakwah tidak mencolok, tidak kasar,  melalui budaya yang halus, santun sehingga tidak kentara, misalnya melalui seni wayang kulit, ada kata "Kalimo Sodo" yang maksudnya Kalimah Syahadat, ada nama arab yang di jawakan seperti "pintu gapuro" asalnya "Ghofuro", ada Gong Sekaten, asalnya Syahadatain (dua kalimah syahadat) yakni: Asyhadu Alla Ilaha Illa Allah wa asy hadu Anna Muhammadar Rosullullah, yang artinya : saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa nabi Muhammad utusan Allah. Tentunya harus  berprilaku tidak gampang-gampang mengkafirkan sesama muslimnya, terhadap umat yang telah bersyahadat.

 Maksud Habib datang lagi di Indonesia akan merevolusi akhlak bangsa Indonesia, itu sebenarnya baik dan mulia, namun kalau merujuk kepada sejarah wali songo yang humanis itu, kurang tepat dalam memilih istilah tersebut. Mungkin lebih dapat diterima oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan istilah: “Menata Hati Sesama” atau “Mengentaskan Harkat Bangsa” atau “Membangun Jiwa dan Raga Bangsa” padahal niatnya revolusi akhlaq tersebut.

          Sekilas, historis  Sunan Kalijaga, pada zaman itu, beliau mengerti bahwa masyarakat Jawa menyukai upacara-upacara  dengan musik gamelan. Karena itulah para wali kemudian menyelenggarakan Sekaten dan Grebeg Suro dan Grebeg Maulud yang diselenggarakan pada hari lahir Nabi Muhammad SAW. Dalam perayaan tersebut, gamelan dipentaskan untuk mengundang penduduk. Kemudian diikuti dengan dakwah dan pemberian sedekah Raja berupa tumpeng dan gunungan. Dengan cara ini, maka masyarakat kemudian semakin tertarik untuk mempelajari Islam.

Di samping itu, tradisi adat Jawa kegiatan sesaji dan selamatan  dimodifikasi dan diarahkan dengan cara yang benar. Selamatan dilakukan tapi niat dan doanya bukan kepada dewa, tapi kepada Allah. Dan makanan tidak digunakan sebagai sesaji untuk dewa, tapi dibagikan sebagai sedekah kepada penduduk setempat.

          Memang saat ini gamelan dan wayang, sudah agak ditinggalkan oleh anak jaman now, tentu sarana (media) dakwah harus mengikuti jaman now, misalnya melalui music dangdut, atau band atau filem atau  seniteron, mas media atau media lain lagi.

Semoga bangsa Indonesia tetap utuh . jika situasi semakin kacau, tentu  pihak asinglah yang bertepuk tangan.

Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi anak bangsa dan jika ada yang tidak berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Wa llahu A’lam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun