Mohon tunggu...
Frid gato Ma
Frid gato Ma Mohon Tunggu... Nelayan - KEA

ULTRAMEN _ VOLUNTARISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

IMAN-'Ada'

5 Mei 2019   13:31 Diperbarui: 5 Mei 2019   13:41 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mors carta, hora mortis incerta

:kematian adalah pasti, tapi jam kematian tidak pasti.

Bukan cinta namanya kalau hanya berdiam diri saja seperti padang pasir, atau menjelajahi dunia seperti hempasan angin. Juga bukan cinta namanya kalau hanya memandang segala sesuatu dari kejauahan (pc)

Merapal dari sebuah rasa "rindu" yang sama akhirnya sekelompok pemuda yang sering dilumuri julukan kaum intelektual, pemilik aliran darah hangat dengan sejuta titik bernyala pada akal dan semangat pada tiap tetesan keringatnya; menyamakan niat hati menyatukan langkah kaki. Mengukir kembali pada karang, sebuah nama yang awalnya ada sejajar bersama matahari di waktu siang dan bersama bulan dan bintang di waktu malam.

Nama yang mungkin selama ini menghilang menyisahkan sejarah berupa kisah serta serpihan jiwa yang semangatnya masih menyala dan tentu punya harap. Tak ingin dikatakan sesat di tengah sinar cahaya, orang-orang muda tersebut kembali bergeliat. Meramu konstelasi yang bisu. Membuat mereka kembali ada sebagai nyata dan memulai kembali cerita yang tertinggal pada lembaran-lembaran terakhir cerita generasi usang (bukan orangnya).

 Maret, 24/2019. Swara kebangkitan mulai dikumandangkan. Mengela napas yang selama ini di bungkam. Menyalakan api pada gubuk hati yang reot. Sepakat untuk kembali berlari dengan kaki telanjang di atas karang.

Waktu itu mereka seperti sekelompok bayi dengan kaki mungil tanpa busana, meloncat-loncat kadang menjinjit pada karang untuk melangkah; sampai pada kotak harta karun yang disembunyikan Sang Pemilik kehendak. Wajar kalau waktu itu kaki mereka menggoreskan luka yang menyakitkan. Tapi percayalah mereka luar biasa. Mereka mampu bertahan. Kisah ini bisa kalian tanyakan pada deburan gelombang dan angin senja di pesisir pantai Oesapa, Kupang. Di situ persepsi mereka pada mulanya mulai bercengkraman.

Mei, 4/2019. Jadi sejarah. Kelompok pemuda yang diberi nama IMAN (Ikatan Mahasiswa Asal Kecamatan Nangapanda) ini, mengangkat bendera kemenangan. Petanda bahwa hari ini mereka resmi ada. Berkat usaha dan ketekunan, kerja keras dan ketabahan, harap serta keyakinan, hari ini bertempat di aula Inspektorat Provinsi NTT; IMAN resmi mendeklarasikan keberadan mereka di Kota Kupang, sebagai kumpulan mahasiswa yang berdaya juang, punya komitmen dan semangat kerja sama serta gotong-royong menjunjung tinggi nilai kesatuan dan persatuan.

Merapatkan barisan untuk menjadi benteng bagi masyarakat dalam menyuarakan kebenaran serta keadilan. Menjadi teladan bagi kaum milenial berintelektual dalam menjunjung tinggi kualitas daya berpikir yang filosofis dan kritis terhadap tantangan zaman yang kian hari kian bergelora. Menjadi insan luhur yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjunjung tinggi nilai solideritas antar sesama.

Sekilas tentang IMAN, dapat memanifestasikan sebuah negara yang pancasilais dan pluralis. Terkomposisi dari banyak keberagaman dan keunikan, menjadikan ikatan kekeluargaan ini menjadi solid dan kompleks. Berasal dari wilayah/desa, budaya, agama serta beberapa aspek pembeda lainnya, tidak membuat mereka ada secara terpisah tatapi ada sebagai yang satu; keluarga IMAN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun