Mohon tunggu...
Frid gato Ma
Frid gato Ma Mohon Tunggu... Nelayan - KEA

ULTRAMEN _ VOLUNTARISME

Selanjutnya

Tutup

Politik

Panggilan Berpolitik dan Dilema Generasi Milenial

8 Februari 2019   20:30 Diperbarui: 8 Februari 2019   21:12 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menengok Kembali Sejarah

Presensia kaum muda tidak terlepas dari 'ada'nya Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Tentang hal ini sejarah bisa mempertanggung-jawabkannya. Peristiwa Sumpah Pemuda (1928), kibaran kemerdekaan 1945, aksi mahasiswa 1996, hingga reformasi tahun 1998, pantas menjadi prasasti abadi tanah air atas gerakan kaum muda yang progresif.

Hingga muncul nama-nama seperti Soekarno muda, Bung Hatta, Tan Malaka dan para pahlawan-pahlawan muda di zamanya hingga angkatan-angkatan 98 yang akhir-akhir ini mulai bermunculan di kanca perpolitikan.

Tokoh-tokoh tersebut tak sekadar berjuang dengan mengandalkan rationya tetapi juga dengan segenap jiwa dan raganya,  sebagai yang 'ada' padanya. Gerakan pembebasan yang dilakukan oleh kaum muda masa itu berlandas pada upaya penghancuran proses produksi penderitaan (soma; sema)  manusia Indonesia.

Eksploitasi alam dan manusia yang menjadi salib kehidupan waktu itu dilihat sebagai titik paling gelap yang harus segara  dimusnahkan. Konsep alienasi seperti yang dikemukakan oleh Marx seakan diadopsi dengan sempurnah oleh para penjajah. Hingga mencapai puncaknya dimana manusia Indonesia saat itu teralienasi dari dirinya sendiri sebagai manusia.

Suatu bentuk alienasi yang paling mendasar dan memerciki semangat para pemuda membebaskan diri meraka (manusia Indonesia) hingga boleh mengalami kebebasan. Gerakan perlawanan bermunculan hampir di seluruh wilayah di tanah air, memungkinkan merah putih berkibar dengan gagah. Namun 17 Agustus 1945 bukanlah akhir, sejarah masih berkisah hingga tahun 1998 bagaimana gerakan reformasi kembali melukiskan keringat serta darah pemuda dalam sejarah bangsa Indonesia.

Eksplotasi manusia kembali terjadi oleh kebijakan pemerintah rezim orde baru memungkinkan pemuda Indonesia kembali berperang. Kini yang tersisah hanyalah kenang perjuangan dan sekelompok perkabungan; berbusana serba hitam di ibu kota (gerakan kamisan) yang ingin kisah anak muda mereka kelar diceritakan oleh sejarah. Masih potretan tentang pemuda.

Generasi  Milenial Berpolitik

Sebutan genarasi milenial bagi warganet sudah tentu bukan lagi kata yang asing.  Istilah tersebut berasal dari istilah millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya. Millenial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo boomers.

Secara harfiah memang tidak ada demografi khusus dalam menentukan kelompok generasi yang satu ini. Namun, para pakar menggolongkannya berdasarkan tahun awal dan akhir. Penggolongan generasi Y terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980 - 1990, atau pada awal 2000. (akses media daring). Mereka dianggap sebagai voiting block dengan attitudes yang sama sekali berbeda dengan generasi lebih tua yang dianggap lebih konservatif  dan intoleren.

Terlepas dari identitas generasi milenial di atas. Di tahun politik ini, keberadaan generasi milenial dipanggil untuk berpolitik. Kompetisi politik elektoral 2019 dipastikan akan didominasi oleh generasi milenial. Berdasarkan pemetaan usia pemilih generasi milenial (17-35 tahun) mengantongi 40% dari seluruh suara peserta pemilu tahun 2019. Presentasi yang juga mengamini peran sentral kaum milenial dalam menentukan siapa nahkoda; orang nomor 1 di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun