Mohon tunggu...
Frid gato Ma
Frid gato Ma Mohon Tunggu... Nelayan - KEA

ULTRAMEN _ VOLUNTARISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merawat Kebhinekaan

5 Oktober 2017   09:28 Diperbarui: 5 Oktober 2017   09:53 2392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: shutterstock.com

Peran Budaya Dalam Mendidik (?)

Oleh: Frid Gato Ma

Negara Indonesia berada dalam keberanekaragaman dan pluralisme. Suatu kenyataan yang memberi kesadaran sebagai tanggungan bagi segenap warga negara untuk mengambil bagian dalam melastarikan dan menjadi animator dalam mencapai kemajuan dan kesejahteraan hidup bersama. Keberanekaragaman yang mencakup banyak hal tersebut, menyangkut pula pada aspek-aspek dasar kehidupan yang dimiliki oleh manusia. Sebagai salah satu sorotan ialah kebudayaan,yang  merupakan suatu aspek yang dijadikan sebagai tolak ukur penentu kualitas manusia dalam pendedikasiaan diri terhadap  lingkungan sekitar. Kebudayaan dilihat sebagai seluruh cara hidup manusia sebagai makhluk sosial yang dianut bersama dalam upaya pencapaian taraf hidup yang lebih baik. Namun terkadang aspek dasar ini menjadi tema dramatis dalam terciptanya konflik masa kini, entah persoalan dalam skala dan motif sederhana maupun menyangkut persoalan besar lainnya. 

Dalam hal ini, semboyan sakral Bhineka Tunggal Ika seakan ditantang, dengan pertanyaan akan peran empiris atas keeksistensiannya serta nilai guna terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semboyang yang sejak lama berakar dalam tubuh Negara Indonesia, yang menjadi perihal penting dalam mempertahankan  keutuhan negara kita tercinta, seakan mulai dipudarkan makna serta nilanya. Berhadapan dengan kepentingan dan kebutuhan masing-masing pribadi atau kelompok-kelompok tertentu, maka suatu hal yang sangat mungkin terjadi dan bahkan tidak dapat dihindari ialah; adanya benturan dalam banyak aspek kehidupan. Benturan ini dapat mencakup banyak tipe dan motif, yang sudah tentu akan menimbulkan banyak persoalan. 

Persoalan ini pun kemudian akan memunculkan konflik-konflik yang tidak kita harapkan.  Oleh karena itu, sebagai respon atas kenyataan demikian sekiranya diupayakan pemahaman yang perlu diperdalam dalam kaitannya dengan pemahaman mengenai Bhineka Tunggal Ika,yang telah menjadi semboyang dalam memupuk persaudaraan rasa demokrasi di tanah air tercinta. Dalam hal ini, kebudayaan diupayakan untuk menjadi suatu hal yang bernilai positif sebagai upaya untuk mendidik para generasi bangsa agar sedapat mungkin merawat dan melindungi semboyang kita; Bhineka Tungga Ika. Keberadaan kebudayaan yang beragam sejatinya dilihat sebagai suatu kekayaan dan memiliki perananan tersendiri dalam mendidik tiap pribadi. Sejauh manakah perihal ini telah terealisasikan?

Penilaian Terhadap Kebudayaan

Kehidupan manusia dalam kebudayaan adalah suatu hal yang rumit dan kompleks, sehingga menarik untuk dibicarakan. Di satu pihak manusia imanen di dalamnya, artinya ia hidup dan bertumbuh dalam suatu lingkungan budaya yang melingkupinya. Ia bersikap dan berprilaku berdasarkan ikatan norma-norma atau asas-asas yang berlaku dalam budayanya. 

Sedangkan di pihak lain, ada pula pribadi-pribadi yang oleh kebudayaannya masing-masing transenden terhadap budaya lain. Latar belakang perbedaan yang mencakup di dalamnya seakan memberi pemahaman serta pandangan-pandangan yang beragam beserta cara pandang yang berbeda dari masing-masing pribadi. Manusia merupakan suatu makhluk yang secara prinsipal tidak puas , yang memimpikan suatu dunia yang lebih baik, atau bahkan yang lebih sempurna. Inilah yang memungkinkan kebudayaan manusia dari waktu ke waktu selalu berubah dengan wajah yang berbeda dan beragam.

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kebudayaan tidak selamanya berlangsung atas dasar kreativitas yang terprogram sebelumnya. Perubahan bisa terjadi karena endapan dan akumulasi program-program lama yang tertunda sebelumnya, sudut pandang lain menyangkut polemik kehidupan yang tengah terjadi,  atau faktor-faktor tak tentu lainnya.

Itulah sebabnya, dalam kondisi faktual kebudayaan manusia adalah kebudayaan yang serba tidak sempurna. Karena kesedaran akan hal ini, manusia akan selalu berusaha memperbaiki dan memperkembangkannya. Dalam menempu upaya ini, manusia melakukan penilaian terhadap kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang atau kelompok lain. Hingga kemudiaan munculah persepsi tentang kebudayaan itu sendiri. Melihat budayanya lebih bernilai, lebih baik, dari kebudayaan orang lain, atau mungkin persepsi-persepsi lainnya yang kemudian mengakari sikap-sikap diskriminasi, penggolongan tertentu, serta tindakan tidak terpuji lainnya.

Perlu dipahami bahwa hal-hal yang berhubungan dengan penilaian ini sesungguhnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaaan itu sendiri. Dalam hal ini, baik objek bernilai, cara manusia menilai, nilai sebagai konsep ukuran, serta klaim penilaian yang dihasilkan adalah bagian dari kebudayaan. Keragaman sudut pandang inilah yang memunculkan dua kemungkinan yakni kemungkinan positifdimana perbedaan kebudayaan dijadikan sebagai upaya untuk saling memperkaya dan melengkapi; dan juga  kemungkinan negatifdimana perbedaan kebudayaan dapat dijadikan sebagai ajang untuk berkompotisi secara tidak sehat. Akan menjadi persoalan bila tiap pribadi atau golongan mengutamakan dan menonjolkan kebudayaan masingg-masing tanpa sikap toleransi terhadap kebudayaan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun