Mohon tunggu...
Frida Wahyumi
Frida Wahyumi Mohon Tunggu... Karyawan BUMN -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Moeldoko, Panglima Tani yang Jadi Negarawan

25 Juli 2018   20:20 Diperbarui: 25 Juli 2018   20:20 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.instagram.com/akunketansusu/

Lahir dari keluarga yang sederhana, tidak membuat Moeldoko patah arang dalam menggapai cita-cita. Sejak kecil Moeldoko dikenal gigih berjuang walau dengan segala keterbatasan yang ada. Setiap sepulang sekolah Moeldoko kecil sudah bekerja mengangkut batu dan pasir dari kali untuk membantu perekonomian keluarga yang pendapatannya tidak menentu. Bapaknya hanya seorang pedagang palawija dan perangkat keamanan di desa sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga.

Selepas SMA, Moeldoko yang sedari kecil bercita-cita ingin menjadi tentara akhirnya memutuskan masuk Akabri. Sejak masuk dunia keprajuritan ini, Moeldoko memperlihatkan prestasi yang sangat baik hingga puncaknya menjadi Panglima TNI RI tahun 2013-2015.

Prinsip hidup yang teguh dipegangnya dari dulu yaitu "urip iku urup" sebuah filosofi Jawa yang menuntun Moeldoko untuk selalu rendah hati walau memiliki karir yang bagus dan terpandang. Moeldoko yakin bahwa hidup harus bermanfaat buat manusia lainnya dimanapun dia berada.

Filosofi inilah yang membuat Moeldoko selalu bekerja dan berkarya agar bisa bermanfaat untuk sesama dan juga terhadap bangsa dan negara ini. Selepas pensiun dari TNI, Moeldoko mengabdikan diri menjadi petani hingga diangkat menjadi ketua umum HKTI periode 2017-2020.

Kegemaran Moeldoko bertani bukan tanpa sebab. Moeldoko lahir di desa pesing, Kediri dan menjadi anak desa yang sehari-hari hidup dari orang tua yang bertani. Latar belakang ini yang membuat Moeldoko sangat dekat dengan dunia tersebut.

Ternyata pengabdian Moeldoko sebagai ketua umum HKTI bukanlah akhir dari perjuangan yang dia lakukan. Sejak Awal tahun ini Moeldoko diminta oleh Presiden Jokowi untuk menjadi Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), sebuah bentuk pengabdian terhadap negeri dalam skala yang lebih besar.

Baru-baru ini, Moeldoko meluncurkan buku yang berjudul "Panglima TANI Moeldoko: Anak Dusun Yang Jadi Negarawan". Buku tersebut membahas kisah kesuksesan Moeldoko baik dalam kariernya sebagai perwira maupun fokusnya untuk mengembangkan sektor pertanian di Indonesia. Peluncuran buku tersebut bertujuan untuk menginspirasi anak muda agar selalu bekerja keras dan tidak mudah putus asa.

Dengan segala kemampuan yang dimiliki oleh Moeldoko tersebut, kini namanya menjadi kandidat kuat sebagai cawapres Jokowi untuk pemilu 2019. Berikut beberapa hal yang menjadi nilai lebih Moeldoko untuk menjadi pendamping Jokowi;

  • Moeldoko adalah orang yang Taat Beribadah. Sebagai seorang muslim yang taat, ibadah selalu dijalankan oleh mantan panglima TNI ini. Bahkan Moeldoko memiliki masjid di daerah Jombang sebagai syiarnya terhadap agama. Moeldoko juga memiliki kedekatan dengan dua Organisasi Besar Islam yakni NU dan Muhammadiyah
  • Moeldoko adalah sosok yang mempunyai sikap pantang menyerah. Hal tersebut tercermin dari perjuangan masa kecil hingga sekarang ini
  • Moeldoko terkenal tegas dalam bersikap terutama terkait NKRI
  • Memiliki sifat bertanggung jawab yang dibuktikan dengan jabatan sebagai panglima TNI, ketua HKTI, dan Kepala KSP
  • Denga backgroun militer, Moeldoko terkenal sangat disiplin. Nilai disiplin yang telah dijalani oleh Moeldoko selama di Militer sangat melekat dengan dirinya
  • Kerja Keras, kita dapat melihat kerja keras Moeldoko dengan dirinya sebagai kepala staff kepresidenan yang tetap masuk kerja meski hari itu adalah hari libur idul fitri
  • Mau mendengarkan. Selama menjadi Jendral TNI, Moeldoko adalah seorang yang sering mendengarkan keluh kesah baik dari rekan TNI maupun masyarakat. Hal ini dapat terlihat pada sambutan yang beliau sampaikan "Jika dulu TNI sulit mendengarkan orang lain, sekarang berbeda lebih banyak mendengar dan action. Setelah mendengar kita jalankan apabila ada yang positif," di Mabes TNI. Hal ini berlanjut sampai Moeldoko menjadi Kepala Staff Kepresidenan, dengan rutin berkeliling kampus untuk mendengarkan suara aspirasi masyarakat yang hendak diberikan kepada pemerintah
  • Jiwa kejujuran Moeldoko tak perlu dipertanyakan kembali. Pasalnya Moeldoko yang kala itu menjadi Panglima TNI mengaku jujur tentang harta kekayaan yang dimilikinya yang membuat masyarakat terheran-heran dengan asal-usul jumlah hartanya. Nilai kejujuran inilah yang jarang sekali ditemukan disosok pemimpin saat ini
  • Moeldoko sang Jendral yang cerdas. Kondisi Prajurit TNI yang kini telah berubah patut diapresiasi. TNI sekarang cenderung tidak arogan, justru TNI memiliki sikap egaliter dan mengayomi masyarakat, bisa dikatakan TNI sekarang berdiri sama tinggi, duduk sama rendah diantara masyarakat.. TNI dan mahasiswa yang dulu sering bentrok sekarang bisa menjadi mitra untuk mewujudkan Indonesia yang dinamis namun tetap aman dan stabil. Hal  ini diinisiasi oleh Moeldoko sewaktu menjabat sebagai panglima TNI
  • Moeldoko terkenal sangat inovatif. Salah satu hasil karya Inovatifnya adalah dengan membuat sebuah acara yang bertajuk Panglima TNI Innovation Award. Ajang 'Panglima TNI Innovation Award' sendiri akan mencari 10 orang inovator terbaik dan diberikan penghargaan. Para peserta merupakan organisasi, unit kerja, satuan, tim, atau individu dari TNI dan sipil yang memiliki karya inovasi dalam lima tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa Moeldoko adalah orang yang berinovasi dengan menyebarkan virus-virus Inovatif kepada anggotanya

Semoga dengan segala kemampuan yang dimiliki oleh Moeldoko bisa menjadi pendamping yang pas sebagai cawapres Jokowi pada pilpres 2019 nanti. Anak desa itu kini diambang tugas yang lebih besar sebagai calon orang nomor dua di republik ini. Dan jika itu terwujud, Moeldoko menghabiskan hampir seluruh hidupya untuk NKRI yang dia cintai. Sebuah inspirasi dan teladan yang baik bagi semua anak muda di negeri ini.

Angkat Topi dan Salam Hormat terhadap Perjuanganmu, Jenderal !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun