Mohon tunggu...
Farah Nikmatus Sania
Farah Nikmatus Sania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

BK UNESA 22A

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Bisa Salah Jurusan?

6 Juni 2023   16:12 Diperbarui: 6 Juni 2023   16:19 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, bagaimana kabar sahabat semua? Semoga senantiasa sehat selalu.

Sebelum itu, pernahkah sahabat merasa salah jurusan? Apakah salah jurusan itu hal yang biasa? Bisakah mengatasi hal tersebut? Untuk itu, penulis ingin membagi pengalaman mengenai salah jurusan ini. 

 

Dimulai saat pandemi silam, semua kegiatan baik di sektor ekonomi, kesehatan, politik, bahkan pendidikan terkena dampak yang serius. Semua dirumahkan, terjadi PHK dimana-mana, menurunnya perekonomian, banyak hal yang terjadi. Tangisan, rintihan, rasa sakit, kelaparan tak luput dari pandangan. Hal itu memberikan nyeri pada lubuk hati yang paling dalam, suatu kondisi yang memberikan banyak pembelajaran. 

Salah satunya di sektor pendidikan. Mengapa di sektor pendidikan, karena di sektor ini banyak mengalami hal yang tak terduga, kita tahu bahwa masa-masa belajar dari SD-SMA adalah hal yang menyenangkan, siswa-siswi belajar dan menjadi generasi emas di masa mendatang. Tapi itu, berubah disaat pandemi terjadi. Hal-hal baru terjadi, banyak siswa-siswi yang merasa salah jurusan ketika di bangku sekolah, apalagi di tahun-tahun akhir masa sekolah, mengapa hal ini terjadi? Karena disaat masa-masa akhir sekolah pada pandemi kondisi ekonomi kebanyakan terguncang, ketidakstabilan terjadi yang berdampak pada kondisi siswa yang merasa menjadi beban apalagi disaat dia merasa bahwa seharusnya tidak berada di SMA melainkan di SMK.

Salah jurusan pun tak hanya terjadi di bangku perkuliahan, di bangku sekolah pun sering terjadi. Salah satunya ketika masa-masa sekolah penulis, disitu penulis juga merasakan saat kondisi pandemi, banyak hal yang terjadi dikala itu. Tetapi ini bukan tentang penulis, tulisan ini tentang seseorang yang pernah bercerita kepada penulis, katakan seseorang itu Si A. Si A adalah seorang siswa dari SMA dan masuk di jurusan IPS, di tahun-tahun akhir SMA (saat itu pandemi), Si A merasa bahwa dia salah jurusan, yang mana seharusnya dia masuk SMK yang setelah lulus dari situ akan bekerja. Dia sering mengeluh dan berandai-andai kalau saat masuk sekolah dia memilih ke SMK saja daripada SMA.


Mengapa hal itu terjadi?

Apakah karena disaat itu pandemi dan kondisi ekonomi tidak stabil, atau ketakutan akan jenjang perkuliahan yang membutuhkan biaya lebih? Bisa jadi itu adalah salah satu faktor akan perasaan dia yang merasa kalau dia itu salah jurusan. Padahal disaat pendaftaran masuk sekolah, dia telah memilih SMA itu dan besar kemungkinan karena zonasi maka mau tidak mau dia memilih sekolah yang terdekat dengan rumahnya. Hal ini bisa terjadi, karena faktor tersebut tidak memberikan opsi pilihan atau disaat kelas 9 lalunya kurang mendapat bimbingan mengenai penjurusan di jenjang lebih tinggi, sehingga dia kurang memahami dan merasa bahwa dia salah jurusan, apalagi merasa salah jurusan tersebut juga di akhir-akhir masa sekolah, yang mau tidak mau harus diselesaikan apapun keadaannya.

Maka dari itu, perencanaan karier, perencanaan pendidikan di tingkat lanjut, perencanaan pekerjaan haruslah dibimbing sejak anak-anak. Lembaga pendidikan haruslah memperhatikan bakat, minat, dan potensi peserta didik melalui tes psikologi yang dirancang untuk mengungkap dan membantu dalam menentukan jurusan sesuai dengan bakat, minat, dan potensinya, sekalipun ditunjang dengan keadaan ekonomi. Agar siswa yang akan memasuki jenjang baru memiliki pegangan dan arahan atas dirinya agar bisa mengambil jurusan sesuai dengan kondisinya dan tidak merasa salah jurusan serta dapat menyelesaikan jurusan tersebut seoptimal mungkin.

Kembali pada Si A, perasaan salah jurusan itu timbul disaat keadaan ekonomi tidak stabil dan berfokus pada aktivitas mencari uang demi menyambung hidupnya dan keadaan yang tahu bahwa lulusan SMA akan susah mencari kerja, hal inilah dia merasa salah jurusan, yang seharusnya SMK, tetapi terlanjur SMA. Hal itu menimbulkan kondisi dirinya yang merasa bingung, apakah harus melanjutkan ke jenjang perkuliahan atau bekerja setelah lulus yang hanya bermodalkan ijazah SMA. Disitu dia merasa bahwa menjadi beban orang tua dan keraguan akan jurusan IPS yang dia ambil mudah untuk  mendapat pekerjaan. Untung saja, sekolah peka terhadap kegelisahan siswa-siswanya disaat tahun-tahun akhir masa SMA telah diperbolehkan untuk kembali bersekolah secara tatap muka. Disitu Si A dengan beberapa temannya yang memiliki masalah yang sama mendatangi guru BK. Disitulah awal Si A mendapat pencerahan bahwasanya meski sempat merasa salah jurusan, tetapi dia masih memiliki potensi yang sesuai dengan jurusan di masa sekolahnya yaitu bidang berhitung, lebih tepatnya ekonomi.

Dari mana Si A tahu mengenai bahwa dia memiliki potensi itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun