Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebijaksanaan Masyarakat Dawan R Dalam Ungkapan Oet Haua Natfeak Her Tu'a Na'oe; Iki Nkeo, Naus'a Nkono

13 Desember 2018   13:05 Diperbarui: 13 Desember 2018   13:22 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat Dawan R, khususnya seluruh masyarakat Kecamatan Io Kufeu Kabupaten Malaka, memiliki begitu banyak ungkapan bijak yang sarat makna. Ungkapan-ungkapan itu terlahir dari konteks yang berbeda-beda. Namun dalam kesempatan ini, saya ingin menguraikan tentang  ungkapan atau filosofi hidup masyarakat Dawan R dalam konteks syarat-syarat untuk menentukan seorang pria maupun wanita layak tidaknya untuk hidup berkeluarga.

Ungkapan Oet Haua Natfeak Her Tu'a Na'oe; Iki Nkeo Naus'a Nkono, terjemahan harafiahnya adalah potong kayu putus, iris tuak hingga ada air arennya;  kayu kecil berputar kapas menyatu menjadi benang. Kedua ungkapan ini, berciri khas kata kerja. Disebut ciri kata kerja karena ungkapan ini justru langsung menunjuk pada tindakannya.

Ungkapan Oet Haua Natfeak Her Tu'a Na'oe, menunjuk pada syarat pekerjaan bagi seorang pria, yang tidak hanya diharuskan melainkan dalam pola hidupnya, memang ia sungguh menunjukkan itu. Ungkapan Iki Nkeo Naus'a Nkono, menunjuk pada syarat pekerjaan bagi seorang wanita, yang tidak hanya diharuskan melainkan dalam pola hidupnya, memang ia sungguh menunjukkan itu. 

Ini berarti kedua ungkapan ini lebih memberi penekanan pada kematangan seseorang dalam bekerja. Ukuran kematangan ini pertama-tama ada pada niat dan inisiatif  yang tulus untuk memulai suatu pekerjaan. Ada keyakinan yang berlaku bahwa kalau sesuatu dikerjakan dengan niat yang tulus dan kerja itu dikehendaki sendiri olehnya, maka niat dan kehendak ini akan mengantarnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik.

Kedua ungkapan ini tidak hanya diingat-ingat secara intelektual melainkan telah lama dihidupi. Sebenarnya konteks munculnya ungkapan ini, datang dari masyarakat Dawan R yang lebih banyak bermata pencaharian sebagai petani dan tugas menenun. 

Sebagai seorang petani maupun penenun, tugas bekerja kebun, mengiris laru, memintal benang dan menenun dipandang sebagai warisan para leluhur. Tugas ini dijalankan tidak hanya sebagai warisan dalam arti mengenang para leluhur tetapi bahwa dengan menjalankan tugas-tugas itu, semangat para leluhur kembali dihidupkan dalam diri setiap pekerja.

Secara umum, ungkapan ini dihayati oleh masyarakat Dawan R, walaupun oleh beberapa orang, mereka sendiri telah melupakan atau bahkan tidak tahu sama sekali tentang makna kedua ungkapan itu. Kedua ungkapan ini memang lebih dikhususkan bagi anak-anak muda, khususnya bagi mereka yang siap untuk hidup berkeluarga. 

Alasan mengapa kedua ungkapan ini dipakai sebagai syarat bagi seseorang baik pria maupun wanita dalam masa untuk menikah adalah tentang pentingnya kematangan seseorang dalam bekerja mandiri tanpa paksaan dari siapa dan apapun dan kematangan yang terealisasi melalui sikap tanggung jawab untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Makna yang terkandung dalam ungkapan oet haua natfeak, her tu'a na'oe adalah keperkasaan dan tanggung jawab seorang pria dalam bekerja yang teruji melalui ketekunan dan keseringan dalam bekerja khususnya melakukan pekerjaan kebun. Ungkapan oet haua natfeak adalah tindakan bekerja yang menunjuk pada persiapan lahan kebun siap tanam, menjelang musim hujan tiba. 

Ungkapan her tu'a na'oe memperlihatkan bahwa pekerjaan mengiris laru dipandang sebagai salah satu kebun pekerjaan. Dari keduanya ini, disimpulkan adanya suatu titik temu bahwa pekerjaan yang dimaksudkan adalah pekerjaan dengan tangan sendiri dan langsung bersentuhan langsung dengan alam. Maka jelas bahwa kedua ungkapan ini jelas sekali menampakkan ciri natural dari pekerjaan.

Makna yang terkandung dalam ungkapan iki nkeo naus'a nkono adalah kelembutan, ketelitian dan kesetiaan seorang wanita dalam melakukan setiap pekerjaan. Kelembutan ini teruji melalui tindakan mereka memintal benang dan dengan penuh ketelitian memadukan benang-benang itu menjadi tenunan yang menarik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun