Komunikasi adalah jantung penyeberangan ide atau gagasan yang masih dipenjara oleh cara berpikir lama. Nah, untuk menyeberangankan ide atau gagasan yang masih meliuk-liuk di pikiran, penulis harus beradaptasi untuk belajar budaya lain. Tujuan adalah untuk mengaplikasikan apa yang penulis pikirkan dan bisa diterima oleh orang lain.
Sebaliknya, penulis bisa mengubah pola pikir,cara berperilaku dan bertindak sesuai dengan lingkungan baru penulis. Beradptasi bukan berarti melupakan akar budaya sendiri, melainkan sebagai sarana pembelajaran yang berkesinambungan.
Di sini terjadilan dialog. Dalam dialog, antara penulis dan sesama yang berbeda budaya saling mempelajari karakter dan budaya. Pertukaran atau barter budaya semacam ini bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman.
Dan jauh lebih dari itu, penulis tidak merasa geger budaya dalam membangun relasi dengan sesama. Menghindari kesalahpahaman, geger budaya dan menghindari benturan adalah jalan yang harus dilalui oleh penulis untuk mengembangkan passion di kota metropolitan.
Mempelajari budaya sesama, tidak serta merta mereduksi cara hidup kita untuk menjadi lebih superior dengan mereka yang sama sekali belum mempelajarinya. Melainkan sebagai sarana untuk menghargai kehidupan bermasyarakat. Lebih tepatnya, meningkatkan daya kepekaan dalam lingkungan sosial.
Kepekaan di lingkungan sosial tidak akan menyebabkan gegar budaya. Karena setiap orang sudah mengenal karakter yang satu dengan lainnya. Maka, terjadilah kolaborasi yang solid dalam membangun kehidupan yang lebih aman dan damai.