Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Membaca, Berproses, Menulis, dan Berbagi || Portal Pribadi: www.tafenpah.com www.pahtimor.com www.hitztafenpah.com www.sporttafenpah.com ||| Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemikir Bebas, Akhirnya Kembali pada Spiritual

18 Desember 2020   12:14 Diperbarui: 18 Desember 2020   12:25 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pertobatan. Sumber; Gkagloria.id

Banyaknya ilmu pengetahuan yang kita tahu, tidak serta-merta menjadikan kita merasa puas dan bahagia (Fredy Suni) 


Rasa puas dan bahagia bersifat sementara. Dalam koridor "sementara" kita semakin haus akan ilmu pengetahuan. Akibatnya, kita melupakan "quality time" bersama orang-orang tercinta. Lebih jauh, kita semakin merasa hampa. Rasa hampa menemani labirin semesta hidup kita. Hidup kita teras ganjil, tak berguna. Sebab yang kita pikirkan hanyalah ilmu pengetahuan. Tak ada salahnya, kita mengejar ilmu pengetahuan untuk perkembangan diri maupun lingkungan. Yang terpenting adanya keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan spiritual.

Banyak orang merasa sombong akan ilmu pengetahuan yang ia miliki. Khususnya diri saya sendiri. Saya tidak tahu, apakah anda juga termasuk orang yang pernah atau menuju kesombongan ilmu pengetahuan?

Flashback (kilas balik) kehidupan para filsuf Yunani maupun Eropa. Awalnya mereka adalah penganut agama Kristiani yang saleh. Seiring bergantinya tahun, ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan semakin luas, mereka balik menyerang agama yang mereka anut sejak dari kandungan ibunya. Sebut saja Filsuf, Psikolog Sigmund Freud dan Friedrich Nietzsche. 

Bahkan slogan dari Filsuf Friedrich Nietzche mengatakan,"Tuhan Sudah Mati." Menjadi polemik yang terhangat, terganas sepanjang zaman, hingga saat ini di dalam lingkungan negara kita. Di mana banyak orang mengaku beragama ini, itu. Tapi, agama dijadikan sebagai formalitas untuk mendukung karier dalam suatu lembaga atau instansi. 

Setelah mendapatkan apa yang dikejarnya, mereka melupakan nilai spiritual dari mana mereka berasal. Bahkan agama baru zaman sekarang agama teknologi.

Filsuf Friedrich Nietzche diakhir hidupnya, ia mengakui kembali kepercayaannya dalam bentuk puisi yang indah.

Lalu, bagaimana dengan kita para penyembah ilmu pengetahuan? Saatnya kita berbenah dan kembali pada nilai spiritual kita. Di sanalah kita merasakan kedamaian, dikala badai silih, datang menerpa pencarian kita akan arti kebahagiaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun