Tahun berganti tahun, hari berganti hari, bahkan abad pun sudah berubah, namun konflik antara Palestina dan Israel tidak kunjung menemukan jalan keluar. Perampasan menu buka puasa, penyerangan dengan bom, penembakan di tempat umum, penangkapan dan pemenjaraan, bahkan yel -- yel rasis yang dilontarkan tentara Yahudi kepada bangsa Arab, silih berganti terdengar oleh telinga kita. Konflik antara Israel dan Palestina dianggap sebagai perang Bangsa Arab yang beragama Islam dengan bangsa Yahudi saja. Apakah anggapan -- anggapan tersebut benar? Apakah Palestina hanya masalah agama?
Kita perlu menelusurinya sejarah demi menemukan benang merah dari awal berdirinya Israel dan konflik -- konflik yang terus berbuntut. Kisah ini akan bermula dari awal Perang Dunia I, dimana saat itu Inggris dan Perancis merebut hampir semua wilayah kekuasaan Kekaisaran Otoman di Timur Tengah. Saat itu Inggris dan Perancis mulai mempersiapkan kemerdekaan negara -- negara jajahannya. Negara -- negara yang dahulu diduduki oleh kesultanan Istambul mulai memilih pemimpinnya sendiri. Namun semua kebahagian itu kembali muram pada tanggal 14 Mei 1948, dimana negara Israel diresmikan di wilayah Palestina.
Sepetak tanah yang diresmikan menjadi Israel itu menjadi mimpi buruk bagi bangsa Arab dan dianggap sebagai penjajahan yang harus dihapuskan. Namun bagi Israel ini adalah buah dari perjuangan yang dulu dianggap tidak akan pernah terwujud atau bahkan haram dilakukan. Karena, bahkan di kitab Taurat, kitab suci bangsa Yahudi telah dikatakan bahwa hanya Mesias yang dapat menyatukan umat pilihan tuhan kembali.
Lalu apa yang membuat bangsa Yahudi akhirnya memutuskan untuk mendirikan negara Israel? Hal ini disebabkan oleh tiga peristiwa besar, yang di antaranya adalah Abad Perpecahan, Revolusi Perancis, dan Perang Napoleon. Tiga peristiwa tersebut akhirnya menjadi sebab dari dua hal, yaitu pemisahan agama dengan kehidupan bermasyarakat, dan perperangan di Eropa yang menghidupkan rasa nasionalisme.
Awal abad masehi, Romawi menduduki Yudea, yang dalam bahasa Arab disebut Yahudi yang berada di Selatan Palestina yang bergunung -- gunung. Seperti namanya dalam bahasa Arab, wilayah ini adalah dimana bangsa Yahudi berasal. Saat itu ketika Yahudi tidak berhasil melawan Romawi, kuil penyembahan mereka dihancurkan dan mereka diusir ke seluruh Eropa.
Di Eropa mereka tidak diterima dengan baik, malah didiskriminasi bahkan dianiaya. Terutama di Eropa Timur yang belum mengenal nilai liberalisme, dimana mereka tidak diberi hak pendidikan, menjadi target penyiksaan dan pembunuhan, bahkan disuruh tinggal ditempat yang kumuh tanpa diizinkan untuk berpindah tempat sembarangan. Yang tinggal di Eropa Barat mengalami nasib yang lebih baik, karena hanya mendapat diskriminasi.
Dua hal yang bertentangan ini membuat mereka terbagi menjadi dua kubu, dimana Yahudi di Eropa Barat tidak ingin kembali ke Palestina karena takut dengan Kekaisaran Otoman yang berbahaya, sedang Yahudi di Eropa Timur beranggapan Palestina adalah tempat yang lebih baik untuk mereka. Sejak tahun 1880, banyak bangsa Yahudi yang kembali ke Palestina, Namun mareka perjalanan tersebut tanpa persiapan yang matang, banyak bangsa Yahudi yang meninggal karena penyakit malaria, kelaparan atau ditangkap oleh pasukan Kekaisaran Otoman.
Selanjutnya pada tahun 1891, seorang jurnalis yang ditugaskan untuk meliput masalah politik di Perancis yang bernama Theodor Herzl, menyimpulkan sebuah kenyataan pahit tentang nasib bangsa Yahudi. Dia mengatakan kemanapun Yahudi pergi, maka dia akan tetap menjadi pendatang yang dibenci. Satu -- satunya cara adalah Yahudi harus memiliki negaranya sendiri, Yahudi harus mendirikan negara Israel di Palestina. Karena menurutnya, hanya berpindah ke Palestina saja tidak akan cukup, bangsa Yahudi harus mendapat dukungan dari Eropa sebagai negara yang besar.
Ideologi Herzl ini lah yang kita kenal sekarang sebagai Zionis. Herzl mulai menyebarkan Ideologinya pada tahun 1897 dengan membuat kongres Zionis pertama. Pada Kongress ini dia mengundak tokoh -- tokoh Yahudi di seluruh Eropa. Saat itu banyak yang mendukungnya, tapi juga tidak sedikit dari mereka yang menolak. Penolakan tersebut terjadi karena menggap ideologi ini akan melanggar isi kitab Taurat, hanya Mesias yang bisa menyatukan bangsa pilihan Tuhan.
Tidak berhasil di Otoman, dia pun mendekati musuhnya, yairu Rusia dan Inggris. Rusia juga menolak, dan inggris justru menawarkan sepetak tanah di Uganda. Tawaran inggris ini pun ditolak. Akhirnya dia mati tanpa melihat impiannya terwujud.