"Tigo Wan, lado dipisah. Tiga bungkus, sambelnya dipisah" sahutku.
"Agiah talua?Pakai telur nggak?" Uwan kembali bertanya.
"Dak usah Wan" jawabku.
"Jadih, tunggu santa.Oke, tunggu sebentar" Uwan pun membungkus lontong pesananku.
Selesai membungkus pesananku dan memasukannya kedalam kantong keresek, ia menyerahkan bungkusan tersebut kepadaku. Aku menerimanya sambil memberikan uang pecahan 50 ribu rupiah.
"Tambah gorengannya lima ya Wan" kataku.
"Tambuahlah ciek lai gorengnyo, supayo pas dua limo, jadi indak payah mambali'an pitih, pitih ketek sadang sariak kini. Tambah satu lagi gorengannya, biar pas dua puluh lima, jadi nggak susah ngasih kembaliannya, stok uang kecil sedang susah" Uwan memintaku menggenapkan total belanjaan.
"Jadih" sahutku.
Selesai bertransaksi, aku kembali ke mobil, lalu duduk dibelakang kemudi. Aku letakan bungkusan lontong dan gorengan di jok sebelah, kunci kontak pun aku colokan ke lubangnya, lalu aku putar sedikit ke posisi ON. Sebelum jalan aku hidupkan radio terlebih dahulu.
Mendengarkan musik dan update berita, selalu selalu setia dan asyik menenemi perjalan. Lalu sebagai anak klub mobil, aku selalu ingat prinsip dasar berkendara, "tertib berlalu lintas dan patuh pada orang tua", jadi sebelum meluncur aku pastikan sabuk pengaman sudah dikenakan dengan benar.
Oke, siap meluncur...