Mohon tunggu...
Freddy
Freddy Mohon Tunggu... Konsultan - Sales - Marketing - Operation

To complete tasks and working target perfectly. Leave path in a trail.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengukur Loyalitas Bekerja

28 Agustus 2019   22:34 Diperbarui: 1 September 2019   12:18 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi karyawan yg bersemangat (sumber : stocksnap/Pixabay)

Memang ada karyawan dengan prestasi baik, sudah dihargai dengan baik pun akan keluar. Tapi itu tidak umum. Lihat kembali Teori Hierarki Kebutuhan Maslow: setelah manusia berhasil memenuhi kebutuhan dasarnya (Fisiologi, Rasa Aman & Kasih Sayang), selanjutnya manusia akan mencari pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi yaitu Penghargaan dan Aktualisasi Diri.

Dalam konteks ini, karyawan dengan prestasi kerja bilamana tidak dihargai dengan baik (penghargaan, promosi jabatan, remunerasi yang lebih baik), sudah pasti karyawan tersebut akan pergi. Ia akan pergi mencari pemilik perusahaan lain yang mampu memberikan apreasiasi lebih baik bagi nya. 

Apakah dengan demikian seorang karyawan begitu egoisnya? Mari kita berpikir dari dua sisi. Karyawan prestasi baik memang akan pergi kalau tidak dihargai dengan baik oleh pemilik perusahaan. Tapi bukankah juga pemilik perusahaan akan memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya yang tidak memiliki kontribusi sama sekali dan malas?. Jadi kembali lagi, semua ini adalah hubungan timbal balik. Hubungan 2 arah. Bukan hubungan 1 arah saja. 

Lalu mengapa di jaman sekarang semakin banyak karyawan yang berpindah-pindah kerja? Perubahan jaman, perubahan lingkungan masyarakat, perubahan pola pikir ini lah faktor-faktornya. Dan kita pasti pernah mendengar mengenai Generasy Y yang lahir mulai tahun 1980-an hingga awal Tahun 2000. Generasi Y ini memiliki karakter : pintar, aktif, agresif, serta memiliki kemampuan dalam menjalankan tugas multi tasking.

Sisi negatif dari Generasi Y adalah : egosentris, individualisme tinggi dan gampang bosan. Karena cenderung gampang bosan, maka pemilik perusahaan yang kurang peka dalam hal ini dalam memberikan tantangan-tantangan pekerjaan yang baru, maka dipastikan karyawannya yang tergolong Generasi Y akan pindah ke perusahaan lain. 

Dan disamping itu, ternyata di Generasi Y ini, ikatan pertemanan juga dengan mudah membuat mereka mengubah karir dan pekerjaan. Ternyata tantangan yang dihadapi oleh HRD di jaman sekarang lebih berat.

Selanjutnya idealnya karyawan seperti apa yang harus dicari? Tidak ada standar baku dalam hal mengukur loyalitas karyawan harus dari indikator tertentu. Pemilik perusahaan yang menentukannya sendiri.

Apakah yang dicari adalah karyawan yang betah lama bekerja bersama, atau yang memiliki prestasi kerja yang baik namun ada kecenderungan untuk berpindah kerja? Sekali lagi, memang idealnya : sudah prestasi kerjanya bagus, bisa betah lama bekerja pula.

Jadi kalau boleh saya simpulkan di akhir tulisan ini:

1. Usia Produktif di jaman sekarang ini didominasi oleh Generasi Y, dan mulai banyak Generasi Z. Kita harus mengerti karakter masing-masing generasi agar dapat membuat mereka betah bekerja lama.

2. Prestasi kerja dan Lama bekerja tidak bisa dijadikan satu kriterianya, karena kedua hal tersebut berangkat dari 2 hal yang berbeda. Prestasi Kerja tergantung pada diri masing-masing karyawan. Sebaliknya Lama bekerja bergantung pada hubungan timbal balik antara pemilik perusahaan dengan karyawannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun